Update 100 Hari Perang Rusia - Ukraina
- Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022

KABAR.NEWS, Makassar - Peperangan antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-100 pada Rabu (1/6/2022). Gempuran tentara Moskow ke negara bekas Uni Soviet itu telah menewaskan ribuan orang dan ratusan tentara mati setiap harinya.
Melansir laporan khusus The Guardian, sejak Rusia menginvansi Ukraina pada 24 Februari 2022, sudah 6.276.834 warga negara Ukraina mengungsi ke berbagai negara.
Tapi, badan anak PBB (Unicef) menyebutkan hampir setiap hari ada satu sampai dua anak yang mati akibat serangan Rusia di Ukraina. Ada ratusan sekolah dan fasilitas kesehatan menjadi sasaran perang.
"Saat mendekati hari ke-100 perang, pasukan Ukraina di timur berada di bawah tekanan. Rusia telah mengidentifikasi Sievierodonetsk sebagai target strategis berikutnya dan sedang berjuang untuk mengepung kota itu," tulis laporan Guardian dikutip, Kamis (2/6/2022).
Ukraina kehilangan 100 tentara setiap hari
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy , telah mengakui bahwa pasukan Kyiv saat ini menderita hingga 100 orang tewas dan 500 terluka setiap hari.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi US Newsmax yang ditayangkan kemarin, Zelenskiy mengatakan, situasi perang saat ini semakin sulit.
"Kita kehilangan 60-100 tentara per hari yang tewas dalam aksi dan sekitar 500 orang terluka dalam aksi. Jadi kami mempertahankan batas pertahanan kami," kata Zelenskiy seperti dikutip Guardian.
Situasi yang paling sulit adalah di timur Ukraina dan selatan Donetsk dan Luhansk, tambah Zelenskiy. Meski begitu, bekas aktor tersebut menegaskan Ukraina dan rakyatnya adalah "perbatasan pertahanan" bagi dunia melawan agresi Vladimir Putin.
Menurut dia, Rusia tidak akan berhenti di Ukraina. Zelenskiy yakin Moskow akan memerangi negara-negara lain setelah Ukraina.
"Negara-negara lain, bekas Republik Uni Soviet dan anggota UE – beberapa di antaranya sudah menjadi negara anggota NATO – mereka sudah berada di bawah ancaman," katanya.
Amerika Serikat kirim Rudal Jarak Jauh
Dengan situasi perang yang semakin memanas, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan akan mengirim roket canggih ke Ukraina untuk meredam "operasi militer khusus" yang dijalankan Putin.
Seorang tentara AS menembakkan sistem rudal antitank Javelin (Reuters via Rfel)
Ukraina berjanji tidak akan menggunakan roket bantuan Amerika untuk mencapai target di dalam wilayah Rusia. Hal ini membuat Moskow berang dan memperingatkan bahwa langkah itu berisiko "negara ketiga" terseret ke dalam perang.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan pada hari Rabu bahwa setelah kesepakatan Joe Biden untuk menyediakan sistem roket multi-peluncuran kepada Ukraina, Ukraina telah "memberi kami jaminan bahwa mereka tidak akan menggunakan sistem ini terhadap target di wilayah Rusia".
AS berencana untuk memasok sistem roket artileri mobilitas tinggi (Himars) M142 yang dilengkapi dengan amunisi dengan jangkauan sekitar 80 Km.