Tanggul Pantai Tamarunang Jeneponto Rusak Parah, Pemukiman Warga Terancam

Diabaikan pemerintah

Tanggul Pantai Tamarunang Jeneponto Rusak Parah, Pemukiman Warga Terancam
Kondisi tanggul laut yang rusak parah di bibir Pantai Tamarunang, Kabupaten Jeneponto, Kamis (16/9/2021). (KABAR.NEWS/Akbar Razak).






KABAR.NEWS, Jeneponto - Kondisi tanggul laut (Talut) di Pantai Tamarunang, Kelurahan Pabiringa, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, dikeluhkan oleh warga sekitar karena kondisinya hancur atau rusak parak.


Dari pantauan wartawan KABAR.NEWS di lokasi, Kamis (16/9/2021), terlihat bongkahan batu besar bekas Talut ini berserakan di bibir pantai. Talut ini diketahui dibangun saat era pemerintahan Bupati Jeneponto Almarhum Radjamilo.


Sebagian material dari Talut panjang sekitar 2 kilometer tersebut disinyalir terbawa arus ke dasar laut, sehingga nelayan maupun petambak rumput laut harus berhati - hati apabila hendak melaut.


Menurut warga sekitar bernama Syamsuni, rusaknya Talut ini sangat mengancam keberadaan mereka karena, tanggul tersebut dulunya sebagai penahan ombak yang tingginya bisa mencapai beberapa meter jika musim penghujan tiba.


"Memasuki musim hujan dengan intensitas tinggi, bisa mengakibatkan gelombang air laut yang besar kedaratan yang sewaktu-waktu dapat mengancam pemukiman warga yang bisa mengakibatkan potensi korban jiwa hingga kerugian materil," ujar Syamsuni kepada KABAR.NEWS saat menunjukkan lokasi 
tersebut, Kamis.


Ia juga menuturkan, bahwa ketinggian gelombang air laut yang pada musim hujan biasanya mencapai beberapa meter.


"Biasanya kalau musim hujan tiba ketinggian air laut bisa mencapai 2 hingga 3 meter. Seandainya tanggul itu masih kokoh dan utuh, kemungkinan air laut tidak akan meluap ke daratan sehingga potensi berbahaya tersebut tidak akan terjadi. Kalau pun meluap, kemungkinan potensinya ringan atau sedang," jelasnya.


Selain membahayakan pemukiman warga, air laut yang kerap meluap ke daratan juga akan berpotensi mengerus tanah atau terjadi abrasi beberapa meter dari bibir panatai.


"Bisa saja air laut yang meluap juga akan berpotensi abrasi di daratan sehingga dikhawatirkan akan rata dengan permukaan laut," tegasnya.


Syamsuni dan warga setempat menyayangkan Pantai Tamarunang tak di perhatikan. Padahal, menurutnya, pantai ini bisa menjadi destinasi pariwisata dan menambah pendapatan daerah khususnya warga.


"Tentunya, saya sangat sayangkan Pemerintah Jeneponto karena kurang peka dan kurang perhatian. Apa lagi, lokasi ini adalah destinasi wisata yang semestinya pemerintah lebih jelih melihat potensi yang lebih besar untuk mendatangkan para pelancong luar hingga lokal. Namun, bisa kita lihat secara kasat mata pantai ini sungguh tidak layak," kata Syamsuni, mengeluhkan kondisi Talut.


Menurut dia, Bupati Jeneponto, Iksan Iskandar bersam istrinya pernah berkunjung ke lokasi ini pasca mereka dinyatakan negatif corona. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian, apakah akan diperbaiki atau dibangun kembali.


"Bupati pernah ke sini sewaktu Covid, saat itu bupati sempat berendam di dasar pantai tamarunang namun saya belum tahu persis apakah bupati memperhatikan atau tidak, yang jelas bupati bisa melihat kondisi yang tak enak dipandang mata. Selain bupati ada juga beberapa pejabat daerah berkunjung namun bukan untuk melihat kondisi tanggul melainkan hanya jalan-jalan sambil berfoto," pungkasnya.


Penulis: Akbar Razak/A