Spyware Buatan Israel Hacker Ponsel Jurnalis dan Aktivis 

Hasil investigas 17 organisasi media

Spyware Buatan Israel Hacker Ponsel Jurnalis dan Aktivis 
Ilustrasi peretasan teknologi. (Pixabay)






KABAR.NEWS -  Ponsel jurnalis dan aktivis serta pejabat pemerintah di bergabai belahan dunia, menjadi incaran spyware buatan perusahaan Israel NSO Group, menurut inivestigasi 17 organisasi media.


Menurut The Washington Post yang terlibat dalam investigasi tersebut, ada 37 ponsel milik wartawan hingga aktivis hak asasi manusia yang diretas menggunakan spyware Pegasus yang dilisensi oleh NSO Group.


Spyware NSO juga digunakan untuk mengincar ponsel milik dua perempuan yang dekat dengan Jamal Khashoggi. Mengutip Reuters, Senin (19/7/2021), smartphone kedua perempuan diretas sebelum Khashoggi meninggal dunia di Turki pada 2018. 


Media lain, The Guardian, melaporkan investigasi telah menemukan penyalahgunaan luas penggunaan spyware NSO, yang digambarkan sebagai malware yang menginfeksi smarthphone untuk mengekstraksi pesan, foto, email, merekam panggil, dan secara diam-diam mengaktifkan mikrofon.


NSO mengeluarkan pernyataan di situs webnya yang menyangkal pelaporan oleh 17 media yang dipimpin oleh jurnalis nonprofit Forbidden Stories yang berbasis di Paris, Prancis.


"Laporan oleh Forbidden Stories penuh dengan asumsi yang salah dan teori yang tidak didukung yang menimbulkan keraguan serius tentang keandalan dan kepentingan sumber. Sepertinya 'sumber tak dikenal' telah memberikan informasi yang tidak memiliki dasar faktual dan jauh dari kenyataan," kata NSO Group.


NSO mengatakan produknya dimaksudkan hanya untuk digunakan oleh intelijen pemerintah dan badan penegak hukum untuk memerangi terorisme dan kejahatan.


Menurut The Guardian, ada 180 jurnalis yang terdaftar dalam data peretasan Spyware NSO, termasuk jurnalis, editor dan eksekutif di Financial Times, CNN, New York Times, Economist, Associated Press dan Reuters.


Peretasan menggunakan Spyware NSO Group diduga kuat bermotif untuk memata-matai jurnalis maupun aktivis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.