Sosok Mustari Mustafa, Dikukuhkan Jadi Guru Besar UIN Alauddin Disaksikan Hendropriyono
- Dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Filsafat

KABAR.NEWS, Makassar - Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar kembali menggelar pengukuhan guru besar. Kali ini, yang dilantik adalah Prof. Mustari Mustafa.
Mustari ditetapkan secara resmi sebagai guru besar tetap dalam bidang Ilmu Filsafat. Pengukuhan digelar di Kampus 2 UIN Alauddin, Samata, Gowa, Kamis (2/6/2022).
Yang menarik dalam pengukuhan Mustari Mustafa, tampak hadir mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang juga Guru Besar Intelijen pertama di Indonesia yaitu, A.M Hendropriyono bersama sang istri. Lantas, siapa sebenarnya sosok Mustari Mustafa?
Mustari disebut salah satu akademis ulung yang dimiliki oleh UIN Alauddin Makassar. Lahir di Desa Siru, Kecamatan Lembor, Manggarai Barat, NTT, Mustari merantau ke Kota Daeng sebagai anak desa sekitar tahun 90-an.
Disebut Kakak - Beradik
Di kampus yang dulunya bernama IAIN Makassar, Mustari dikenal sebagai aktivits Himpunan Mahasisw Islam (HMI). Pria kelahiran 30 September 1970 itu, tercatat sebagai Ketua Umum HMI Komisariat Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin yang kedua.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di UIN Alauddin, Mustari melanjutkan pendidikan magister di Universitas Negeri Makassar dengan jurusan Pendidikan Ilmu Sosial pada tahun 2000.
Ketua Senat Sekolah Tinggi Hukum Militer, A.M Hendropriyono menyampaikan sambutan pada pengukuhan Mustari Mustafa sebagai Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Alauddin, di Samata, Gowa, Kamis (2/6/2022). (Foto: IST/HO)
Sembilan tahun kemudian, Mustari menyelesaikan pendidikan Doktor Filsafat pada tahun 2009 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Dari sinilah, Mustari disebut-sebut menjalin kekerabatan dengan Hendropriyono yang sama-sama berstatus mahasiswa S3 UGM.
Di luar urusan sebagai dosen, Mustari saat ini menjabat sebagai Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sulawesi Selatan. Pria itu juga tercatat pernah menduduki jabatan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI untuk Thailand .
Di kalangan aktivis mahasiswa kampus almamater hijau tersebut, keduanya disebut bagai kakak-beradik. Bahkan, setiap bertandang ke Makassar, mantan Panglima Kodam Jayakarta itu selalu menyempatkan bertemu Mustari.
Di sela acara pengukuhan Mustari, Hendropriyono diberi kesempatan menyampaikan sambutan dengan statusnya sebagai Ketua Senat Sekolah Tinggi Hukum Militer.
Identitas Lokal dan Tanggung Jawab Sosial Perguruan Tinggi
Dalam pengukuhannya sebagai guru besar UIN Alauddin, Mustarif Mustafa menyampaikan membawakan pidato berjudul "Identitas Lokal dan Tanggung Jawab Sosial Perguruan Tinggi".
Menurut Mustari, orientasi peradaban yang diusung oleh sebuah universitas atau kampus hendaknya memiliki jejak dan arah yang jelas.
"Peradaban tidak lahir dalam ruang hampa, ia lahir dalam pergulatan dan dialog intersubyektif untuk sampai pada jati diri peradaban yang khas," kata Mustari yang juga penerima Satyalancana Karya Satya 10 tahun yang diberikan langsung oleh Presiden Jokowi.
Mustari yang juga menulis buku Agama dan Bayang-Bayang Etis Syaikh Yusuf Al-Makassari, membeberkan, pergulatan dan dialog sebuah peradaban. tak ada artinya tanpa kesadaran kritis.
Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Hamdan Juhannis (keempat kiri) bersalaman dengan A.M Hendropriyono dan istri, Tati Hendropriyono. (Foto: Humas UIN Alauddin)
Dalam konteks Perguruan Tinggi, kata Prof Mustari Mustafa kesadaran kritis relevan dengan tokoh yang disematkan namanya pada UIN Alauddin Makassar, yaitu Sultan Alauddin.
"Kesadaran itu, ia (Sultan Alauddin) tunjukkan saat memeluk agama Islam meninggalkan ajaran leluhur nenek moyangnya yang masih percaya dengan peristiwa peristiwa mistis," jelasnya.
Selain Hendropriyono, pengukuhan Mustarif Mustafa sebagai Guru Besar Ilmu Filsafat juga dihadiri Ketua IKA UIN Alauddin Prof. Tyib Raya, Prof Irfan Idris, Rektor UNM, Pandam XIV Hasanuddin dan sejumlah tokoh lainnya.