Sederet Program JMK Oxfam Pasca Bencana Siklon Seroja di NTT & NTB
Salah satunya bantuan sanitasi air bersih

KABAR.NEWS, Kupang - Peristiwa badai siklon tropis seroja telah meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) pada April 2021.
Puluhan jiwa melayang dan kehilangan tempat tinggal. Begitulah risiko yang harus dihadapi Indonesia lantaran memiliki letak serta karakteristik wilayah yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yang menjadikan Indonesia menjadi salah satu wilayah yang sangat rawan bencana alam.
Pada fasilitas publik, kerusakan dan kerugian terdapat di fasilitas pendidikan, kesehatan, tempat ibadah, gedung-gedung pemerintahan, serta fasilitas umum lainnya yang rusak hampir di seluruh wilayah NTT. Ditambah dengan kerusakan lingkungan yang menyebabkan pohon-pohon tumbang akibat badai seroja yang juga berdampak pada akses badan jalan yang rusak.
Lebih luas lagi, bencana turut melumpuhkan sendi-sendi ekonomi, di mana mata pencaharian masyarakat turut hilang. Banyak petani kehilangan lahan pertanian, peternak yang kehilangan hewan ternak, hingga usaha rumahan yang harus tergerus bencana.
Dengan skala kerusakan dan kerugian yang demikian besar, tanggap darurat bencana menjadi hal yang menjadi fokus Jejaring Mitra Kemanusiaan (JMK) bersama Oxfam dalam program respons bencana siklon tropis seroja.
Dalam fase tanggap darurat bencana, JMK-Oxfam menitikberatkan program pada penyediaan akses sanitasi dan air bersih serta bantuan multiguna dengan main streaming gender dan inklusi sosial sebagai pilar penting dalam respons. Kedua program tersebut dianggap paling dibutuhkan penyintas dan tepat sasaran sesuai analisis kebutuhan saat proses Rapid Assesment Response (RAR).
Program yang dimotori oleh sector Livelihood dan Water and Sanitation Hygiene (WASH) ini, menyasar para penyintas yang tersebar di Kupang, Flores Timur, Malaka, pulau Alor dan Timur Tengah Selatan (TTS) yang terletak di provinsi NTT serta Bima yang terletak di NTB.
Pemberian bantuan multi-guna (Cash Transfer Program)
Secara teknis, JMK-Oxfam melakukan pengidentifikasian kebutuhan penyintas yang dengan sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, JMK Oxfam memilih bantuan multi-guna atau Cash Transfer Program (CTP). Pendistribusian bantuan multi-guna/CTP dianggap menjadi hal yang efektif dalam menjawab kebutuhan warga yang berbeda-beda di situasi tanggap darurat.
“Ini adalah bagian dari strategi kami untuk menjadikan bantuan yang diberikan dalam respons bencana menjadi bermanfaat dan tepat sasaran. Penyintas bisa menetapkan sendiri kebutuhan mereka dari bantuan yang kita salurkan. Entah untuk menutupi kebutuhan hidup ataupun sebagai tambahan untuk memperbaiki lahan pertanian sebagai mata pencaharian mereka,” demikian penjelasan Haris A.CH. Oematan sebagai lead respons bencana seroja, dalam keterangan tertulis, Kamis (29/7/2021).
Bantuan multi-guna/CTP diperuntukkan bagi 930 KK di 14 desa kelurahan di wilayah NTT dan NTB masing-masing di kabupaten TTS, Alor, Malaka, Kupang, Flores Timur, dan Bima dengan jumlah dana sebesar Rp600.000/KK.
Pendistribusian bantuan multi-guna tersebut melewati beberapa tahapan yang dilakukan JMK-Oxfam melalui sector Livelihood. Di awal, JMK-Oxfam melakukan pengidentifikasian dan penyesuaian data penerima manfaat di masing-masing desa kelurahan terkait skala kerusakan akibat bencana dan kelompok rentan mencakup perempuan kepala keluarga (PKK), disabilitas, lansia, ibu hamil dan anak yang berkoordinasi dengan pemerintah setempat.
Selanjutnya, mengadakan focus group discussion (FGD) kepada warga dan pemerintah setempat dalam menetapkan keputusan pemberian bantuan multi-guna. Hal ini menjadi bentuk transparansi dan akuntabilitas JMK Oxfam kepada masyarakat/komunitas. Proses tersebut diakhiri dengan pendistribusian melalui PT POS Indonesia yang terdapat di masing-masing wilayah.
“Kami sangat berharap CTP ini bisa membantu keluarga kelompok rentan di 14 desa terdampak badai seroja ini. Selain itu sangat diharapkan penerima manfaat CTP memiliki akses pendanaan untuk pemenuhan kebutuhan pangan serta kebutuhan penting keluarga lainnya seperti; perbaikan rumah, paket kebersihan, paket keluarga, benih, sembako dan kebutuhan pendidikan anak sekolah,” harap Elfrid Sane, koordinator program CTP.
Penyediaan Sanitasi dan Air Bersih
Badai siklon tropis seroja juga berdampak pada akses air bersih dan sanitasi. Ada banyak sumber mata air dan sumur yang tercemar dan semakin sulit diakses akibat badai tersebut. Belum lagi ketersediaan sarana MCK yang terbatas menjadikan aktivitas buang air besar maupun kecil menjadi terbatas.
Kondisi sanitasi dan air bersih ini cukup menjadi alasan kuat JMK Oxfam dalam melakukan intervensi program penyediaan sanitasi dan air bersih yang dimotori oleh sektor Water and Sanitation Hygiene (WASH).
Dalam praktiknya, WASH melaksanakan program pembersihan sumur dan sumber mata air lainnya, penyediaan air bersih melalui pengadaan water tank, serta pembangunan MCK sebanyak 14 unit di Bima, Flores Timur, Timur Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Kupang dan Malaka. Program tersebut dikerjakan
secara swadaya bersama masyarakat dan pemerintah di masing-masing wilayah intervensi JMK Oxfam.
Program tersebut memang belum cukup menjawab persoalan air bersih yang cukup sulit di NTT, namun pada prinsipnya, program yang dijalankan JMK Oxfam dalam fase tanggap darurat bencana dapat mengurangi beban penyintas terhadap akses air bersih dan sanitasi.
“Sumur-sumur dan sumber mata air yang kita bersihkan ini dipergunakan secara kolektif oleh masyarakat. Keadaan sumber mata air tersebut cukup kotor dan tercemar pasca badai seroja. JMK Oxfam bersama warga berinisiatif untuk melakukan pembersihan sumber mata air untuk memastikan warga utamanya penyintas menggunakan air yang layak dan bersih,” ucap Dody, koordinator sektor WASH JMK Oxfam untuk respons badai seroja.
Selanjutnya, untuk mendukung ketersediaan air bersih, JMK Oxfam menyediakan water tank dengan kapasitas 2200 liter di masing-masing desa intervensi. Water tank tersebut nantinya digunakan warga untuk menampung air bersih yang berasal dari sumur bor untuk memudahkan akses air bersih.
Lebih jauh, sebagai bentuk dukungan terhadap 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yakni STOP Buang Air Besar Sembarangan (BABS), JMK Oxfam melaksanakan program pengadaan MCK sebanyak 14 unit di desa intervensi.
“Pengadaan MCK menjadi hal yang urgen dalam setiap penanganan bencana. Perilaku BABS bisa menciptakan masalah baru di situasi kebencanaan seperti menimbulkan penyakit yang disebabkan lingkungan yang kotor,” jelas Dody.