Pohon Pustaka Pamerkan Kain Tenun Motif Khas Massenrempulu, Dari Ukiran Kuno

Motif kain tenun dikembangkan Pohon Pustaka dari ukiran kuno

Pohon Pustaka Pamerkan Kain Tenun Motif Khas Massenrempulu, Dari Ukiran Kuno
Penempakan kain tenun khas Massenrempulu, kabupaten Enrekang, Sulsel. (kabar.news/IST)






KABAR.NEWS - Pohon Pustaka, salah satu komunitas eko-literasi yang bermarkas Kalimbua, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, mendirikan Sanggar Seni dan Budaya yang diberi nama Siberong Oni. Sanggar ini bertujuan untuk mengkonservasi atau mengartikulasikan ulang kekhasan bunyi-bunyian musik dan visual grafis Massenrempulu. 

Kelompok ini juga berupaya mewujudkan visi eko-literasi dari Pohon Pustaka untuk memahami bahwa kebudayaan lokal dengan kearifaannya adalah bentuk-bentuk penafsiran dan ekspresi sosial dan ekologi suatu peradaban.

Salah satu wujud nyata kegiatan konservasi budaya Siberong Oni adalah kesenian bambu. Siberong Oni memiliki ansambel musik bambu khas Massenrempulu yang disebut “bas” atau barutung. Siberong Oni juga mempromosikan penggunaan berbagai jenis tas berbahan dasar anyaman bambu. 

Selain itu, mengkonservasi seni baruntung dan membuat berbagai anyaman bambu, Sanggar Seni ini membuat kain tenun khas Masserempulu yang bakal pakaian konstum khas mereka.

Direktur Pohon Pustaka, Darwin, mengatakan, komunitasnya sudah lama memimpikan punya kostum khas dengan tenun bermotif khas Massenrempulu. 

"Motif kain tenun dikembangkan Pohon Pustaka dari ukiran kuno yang berhasil ditemukan di Kabupaten Enrekang, " kata dia, Rabu (25/11/2020). 

Menurutnya dengan cara inilah Komunitas Pohon Pustaka melestarikan kearifan lokal Massenrempulu. 

"Berupa ukiran kuno yang kemudian dijadikan grafis untuk kain tenun, selain kain tenun nantinnya motif ini bisa di sablon di kaos oblong, selain itu dengan adannya motif ini diharapkan bisa membangkitkan semangat baru warga untuk kembali menenun dan belajar seni pahat, " tegasnya. 

Kain tenun dengan motif khas Massenrempulu, kabupaten Enrekang

Dijelaskan Darwin, bahwa menggiatkan kesenian bambu bukan hanya persoalan konservasi budaya, tetapi ada nilai ekologi yang ingin disampaikan dari sana. 

“Secara sepintas, jenis kesenian tradisional ini, di mana bambu adalah bahan dasarnya menjadi swabukti bahwa, kebudayaan yang berumber dari sinergitas terus-menerus antara masyarakat dengan lingkungannya umumnya bersifat ekologis,” kata Darwin. 

“Dan hanya dengan jalan bijak yang ekologis, keberlangsungan lingkungan hidup untuk semua makhluk hidup dapat kita pertahankan atau tingkatkan,” lanjutnya.

Penggalian pengetahuan berbagai komunitas adat di Massenrempulu yang dilakukan terus-menerus memberi kemampuan Pohon Pustaka untuk bisa mengungkap kembali sedikit-banyak kekhasan dari berbagai hal yang nyaris telah hilang dari masyarakat Enrekang. Misalnya saja mengenai simbol-simbol grafis yang khas Massenrempulu seperti ukiran, arsitektur, busana, dan lain sebagainya itu sangat jarang ditemukan ter-share di keseharian masyarakat Massenrempulu hari-hari ini. 

Padahal sebagai suatu etnik ataupun sub-etnik, semestinya memiliki ekspresi tribal yang khas nampak dalam keseharian. 

Pohon Pustaka meyakini salah satu jalan terbaik mengungkap berbagai hal yang khas itu adalah melalui kesenian. Ansambel musik bambu Siberong Oni adalah salah satu mediumnya, meskipun bukan satu-satunya. Permasalahannya kemudian adalah status Pohon Pustaka sebagai lembaga independen berbentuk komunitas memiliki sumberdaya terbatas dalam menjalankan misinya. 

Olehnya itu, Pohon Pustaka melakukan berbagai hal dalam rangka memperkuat sumberdaya geraknya. Salah satunya adalah dengan mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah. 

Dia menceritakan sejak tahun 2016, Siberong Oni mengajukan proposal bantuan untuk kearifan lokal ke Kementerian Sosial RI melalui Dinas Sosial Enrekang. Barulah pada tahun 2020 pengajuan itu diterima dan Siberong Oni mendapat bantuan yang diharapkan.  

Bantuan itu dipergunakan Siberong Oni seluruhnya untuk melengkapi peralatan musik bambu dan pendukungnya. Dengan adanya bantuan itu juga memungkinkan Siberong Oni untuk mengartikulasikan dan mengekspresikan kembali berbagai simbol dan bentuk-bentuk khas Etnik Massenrempulu yang dihimpun dari penggalian pengetahuan terhadap komunitas-komunitas adat di Enrekang.

Kelompok ansambel musik bambu Siberong Oni yang telah lama memimpikan punya  kostum khas dengan tenun bermotif khas Massenrempulu, akhirnya terwujud. Motif itu dikembangkan Pohon Pustaka dari ukiran kuno yang berhasil ditemukan di Kabupaten Enrekang. 

Sementara Mascuddin, Ketua Sanggar Siberong Oni, sejak busana ansambel diperkenalkan pada caturwulan ketiga tahun ini, sambutan masyarakat terhadap kain tenun bermotif khas itu sangat baik. “Ada banyak orang yang minta, mereka juga ingan memiliki kain tenun yang sama” kata Mascuddin.