Peringati Bulan Bung Karno, Ketua PDIP Sulsel: Pancasila Ideologi NKRI
Dialog digelar secara Hybrid di Warung Upnormal Makassar.

KABAR.NEWS, Makassar - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggelar dialog publik bertemakan Pancasilan tak Lekang oleh Waktu untuk memperingati Bulan Bung Karno secara Hybrid di Warung Upnormal, Jalan Andi Djemma Makassar, Sabtu (12/6/2021). Dialog menghadirkan Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Makassar Kaswad Sartono, Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhanis, Ketua PDIP Sulsel, Ridwan Andi Wittiri, dan politisi PDIP Sulsel, Iqbal Arifin
Ketua DPD PDIP Sulsel, Andi Ridwan Wittiri menyampaikan bahwa Pancasila di desain dan dibungkus menjadi ideologi falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Itulah kemudian yang membuat Pancasila hingga hari ini tak lekang oleh waktu hingga kondisi kekinian,” kata legislator DPR RI ini.
Ia mengaku, Pancasila diwariskan oleh pendiri bangsa Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno ini harus dihadirkan secara nyata dalam kehidupan kita.
“Pancasila harus menjadi hidup dan bekerja dalam kehidupan kita, nilai yang ada bergelora dalam jiwa dan raga kita,” ungkapnya.
Sementara itu, Iqbal Arifin lebih memaparkan tentang nilai-nilai dan prinsip dasar Pancasila. Iqbal menjelaskan bahwa menjadi tantangan ke depan adalah proses globalisasi yang bisa mempengaruhi berbangsa dan bernegara.
“Olehnya itu bagaimana kedepan Pancasila ini tetap eksis di tengah perkembangan global,” jelasnya.
Ia berharap, semua elemen dapat mensosialisasikan tentang Pancasila.
“Mestinya bukan hanya PDIP yang melakukan hal ini. Tetapi semua elemen, setiap saat, setiap waktu dan dalam kesempatan harus didiskusikan tentang Pancasila kalau bisa melibatkan anak muda, karena menjadi penerus bangsa,” ujarnya.
Sementara itu, Kaswad Sartono mengutarakan bahwa Pancasila diajarkan di seluruh pesantren NU. Bahwa Pancasila dihafal dengan menggunakan bahasa Arab.
Ia mengungkapkan, NU menerima Pancasila sebagai dasar NKRI. “Cinta tanah air itu sebagian dari iman. Kalau ada orang yang tidak cinta tanah airnya itu keimanannya belum sempurna,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, terkait dengan Indonesia dalam kehidupan berbangsa, harus dibedakan antara beragama dan berbangsa.
“Ada dialog yang memberikan, pilih Alquran atau Pancasila. Itu pikiran yang menyesatkan, tidak mungkin alquran disejajarkan dengan pancasila," ucapnya.
Ia menegaskan Alquran adalah wahyu Allah, sedangkan Pancasila adalah aset pemikiran kader-kader terbaik bangsa yang mengambil dari intisari kehidupan dari Sabang sampai Merauke.
"Oleh karena itu apabila ada orang menyandingkan inilah sebenarnya orang yang keras,” ujarnya.
Ia menyebut bahwa Pancasila tidak akan lekang oleh waktu, Apalagi Muktamar NU pada 1984, mendeklarasikan Pancasila sebagai dasar negara dengan empat poin.
Pertama, Pancasila sebagai falsafah Negara Indonesia, namun bukan agama dan tidak bisa menggantikan agama.
Kedua, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang berarti menjiwai sila-sila lain, .Ketiga, dalam islam ada namanya akidah dan syariah hubungan antara manusia dan tuhan, itulah sesungguhnya dalam kehidupan dan berbangsa, dan keempat, menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal berbangsa dan bernegara itu untuk mewujudkan negara dan syariah.
“Tokoh NU KH Hasyim Ashari menegaskan, selama masih ada NU, Insyaallah Pancasila aman,” ucapnya.