Penderita Kusta di Bantaeng Menurun, Tapi ada yang Diasingkan Sekeluarga
Rata-rata orang dewasa

KABAR.NEWS, Bantaeng - Penderita penyakit kusta atau Lepra di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, diklaim menurun pada tahun ini menurut Dinas Kesehatan setempat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantaeng, Dokter Armansyah menuturkan, penderita kusta tahun ini terdata sebanyak 27 orang.
"Saat ini jumlah pasien 2021, 27 orang," ujarnya saat dikonfirmasi KABAR.NEWS via telepon, Kamis (25/2/2021).
Menurutnya, untuk tahun ini penderita kusta di Bantaeng menurun ketimbang di tahun 2020. "Pasien kusta yang tercatat 2020, 48 orang, tahun 2019, 26 orang," jelasnya.
Sebut dia, mayoritas penderita kusta adalah orang dewasa. Sedangkan untuk penderita kusta anak di bawah umur sangat berkurang.
"Dewasa rata-rata, kalau anak-anak kurang, karena ini masa inkubasi yang lama jadi jarang terjadi di anak," jelasnya.
Armansyah menjelaskan, bahwa penyakit kusta itu adalah sebuah bakteri Mycobacterium Leprae. Bakteri tersebut dapat menular dari satu ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin.
"Kusta dapat menular jika seseorang terkena percikan droplet dari penderita kusta secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyebab lepra tidak dapat menular ke orang lain dengan mudah," ucapnya.
Untuk penularannya, membutuhkan waktu cukup lama untuk berkembang biak dalam tubuh. Dia mengatakan, bahwa petugas kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan kusta mendapatkan pelatihan khusus.
"Perjalanan penyakit dan pengobatannya juga diberikan kemampuan penanganan psikososial penderita kusta," imbuhnya.
Untuk menanggulangi penyakit kusta, pihaknya pernah mengajukan kerjasama dengan Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa), hanya saja belum terealisasi. PerMaTa merupakan orang-orang yang pernah mengalami kusta.
Menurutnya, bekerja sama dengan PerMaTa sangat penting karena stigma di masyarakat mengenai penyakit kusta sangat tinggi.
"Pernah sarankan tapi belum terealisasi. Harus kerja sama karena stigma di masyarakat mengenai penyakit ini sangat tinggi. Bahkan saya pernah berkunjung ke salah satu desa di Pabentengan satu keluarga diasingkan atau dibuang oleh keluarganya gara-gara menderita kusta," terangnya.
Sebagian orang menganggap bahwa penyakit ini adalah penyakit keturunan atau penyakit guna-guna.
"Mindset mereka harus diubah karena semakin ke sini masyarakat sudah lebih pintar dan sudah banyak media yang bisa diakses tentang informasi mengenai penyakit ini," ucapnya.
Dia menambahkan, ketika penyakit ini tidak segera diobati, maka mereka akan cacat. "Mereka malu sehingga menyembunyikan penyakitnya," pungkasnya.
Penulis: Akbar Razak/B