Orang Tua Termakan Hoaks Pengaruhi Rendahnya Vaksinasi Pelajar di Kelara Jeneponto
Puskesmas Tolo gencarkan sosialisasi

KABAR.NEWS, Jeneponto - Petugas kesehatan (Nakes) Puskesmas Tolo, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, mulai gencar melakukan sosialisasi kepada seluruh orang tua atau wali murid agar tidak termakan berita hoaks soal vaksin Covid-19.
Kepala Puskesmas Tolo Juliati Irham mengatakan, banyak orang tua murid yang masih termakan berita hoaks sehingga memengaruhi rendahnya vaksinasi Covid-19 untuk pelajar. Padahal pemerintah sudah menjelaskan pentingnya vaksinasi Covid-19. Namun, kesadaran mereka masih minim.
"Banyak sekali orang tua siswa yang termakan berita hoaks. Padahal kami sudah sering menyampaikan bahwa vaksin itu aman," kata Juliati kepada KABAR.NEWS saat dikonfirmasi via telepon, Minggu (5/9/2021).
Terbukti, kata dia, partisipasi pelajar peserta vaksin di wilayah Puskesmas Tolo sempat turun. Salah satunya diklaim disebabkan informasi hoaks efek vaksin Covid-19. Hal tersebut akhirnya berdampak pada minat siswa dalam mengikuti program vaksinasi.
Di Kecamatan Kelara sendiri, ada 6 SMP dan 2 SMA/sederajat. Para siswa rata-rata percaya memercayai hoaks yang menyatakan vaksin bisa menimbulkan efek samping, salah satunya adalah berakhir kematian.
Menurut Juliati, setelah beberapa hari sosialisasi, pihaknya akan melakukan evaluasi dan jika perlu, nakes Puskesmas Tolo akan kembali melakukan sosialisasi ke seluruh orang tua murid.
"Kita akan lakukan sosialisasi lagi sampai mereka paham. Intinya kita tunggu hasilnya saja," kata dia.
Kegiatan sosialisasi Puskesmas Tolo kepada orang tua siswa terkait vaksinasi Covid-19. (Foto: Istimewa)
Pernyataan Juliati senada dengan Pelaksana Tugas (PLT) SMK Negeri 10 Jeneponto, Yocang Malombasi. Dia juga mengeluhkan berita hoaks mengenai vaksinasi Covid-19 yang menyebar ke telinga orang tua murid.
Dia menjelaskan vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu persyaratan untuk menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM). Pasalnya, sejak pandemi terjadi, para siswa belajar secara dalam jaringan atau daring.
"Tujuannya sebagaimana yang telah disampaikan kepada pemerintah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini. Siswa dan guru harus diberikan vaksin," terangnya.
Bukan hanya merugikan warga, sambung dia, hoaks tersebut juga merugikan minat para pelajar yang ingin berpartisipasi dalam menyukseskan program pemerintah ini.
Hoaks terbukti mempengaruhi angka vaksinasi pelajar di sekolah ini. Yocang menyebut, dari total 223 siswa di SMKN 10 Jeneponto, hanya 32 siswa yang saat ini mendapat persetujuan dari orang tua murid masing-masing untuk divaksin Covid-19.
"Saya targetkan seluruh siswa 223 tetapi berdasarkan hasil rapat orang tua, pada tanggal 30 Agustus kemarin, orang tua siswa yang menginginkan vaksin itu sebanyak 21 orang. Tetapi sejalan berjalannya waktu, tadi ada penambahan sehingga total yang divaksin ini 32 siswa," ungkapnya.
Meski demikian, ada-ada saja alasan orang tua siswa tak mengizinkan anaknya untuk divaksin. Hal inilah yang membuat pihaknya merasa kesulitan untuk meyakinkan bahwa vaksin ini aman.
"Ada berbagai macam alasan, tetapi pada umumnya itu alasannya karena termakan hoaks. Seperti banyak yang beredar bahwa, ada orang mati karena divaksin. Sehingga ada beberapa orang tua menuliskan dalam keterangannya itu, dia takut vaksin. Bahkan ada juga yang lebih sadisnya itu, saya tidak mau membunuh anak ku," kata dia.
"Saya sangat mengharapkan peran serta lintas sektor lebih dimaksimalkan dalam dukungan penggerakan masyarkat dalam minat vaksinasi," tandas kepala sekolah.
Penulis: Akbar Razak/A