Menebus ‘Dosa’ Lewat Ibadah Haji, Kisah Pergolakan Batin Transpuan Mendapat Pengakuan

Ia sempat khawatir di tanah suci ia akan mendapat banyak cobaan, karena tidak bisa khusyuk beribadah

Menebus ‘Dosa’ Lewat Ibadah Haji, Kisah Pergolakan Batin Transpuan Mendapat Pengakuan
Haji Angel bersama rombongan jamaah lain saat menunaikan ibadah haji tahun 2018

KABAR.NEWS

Transgender perempuan (Transpuan), bertahan hidup bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi juga bagaimana eksistensi  mereka bisa diakui. Oleh masyarakat, keluarga, yang tersulit kadang pengakuan kepada diri sendiri , terlebih pada agama.

Oleh :  Rahma Amin

Haji Angel berpesan, tidak ada lagi keluarga dari silsilahnya, tidak pula tetangga dan koleganya yang menapaki jalan sebagaimana jalan yang ia pilih ketika mengidentifikasi diri sebagai  trans perempuan. Sebutan bagi seseorang yang ditetapkan sebagai laki-laki saat kelahiran tetapi merasa diri dan hidup layaknya perempuan.

Di tengah budaya, dimana banyak orang yang belum memberi ruang bagi kebebasan setiap individu  menunjukkan ekspresi gender mereka, Angel tak mau kalau ada orang-orangnya sampai mengikuti jejaknya.Hidup sebagai transpuan ditegaskannya  cukuplah oleh Angel rasakan sendiri.

Pesan itu bisa benar,oleh Angel hanya bila ekspresi gender yang ditunjukkan transpuan ,seperti dirinya itu adalah sesuatu yang bisa dipilih, diganti kapan saja sesuai yang diinginkan oleh ukuran moralitas umumnya masyarakat.

Mengingat tidak sedikit  penilaian yang lahir dari orang-orang, bahwa  seorang wanita pria(Waria atau nama lain dari transpuan)  hanyalah sebuah  lelucon, sekedar mencari nafkah karena tuntutan pekerjaan misalnya. Tanpa tahu bahwa transgender adalah bentuk keragaman gender yang berasal dalam diri seseorang, yang olehnya bukan sesuatu yang bisa dipilih.

“Kalau waria atau transpuan bisa memilih, pasti tidak ada mau. Tapi itu kan memang dari dalam. Kalau itu bisa dipilih, saya yang akan duluan larang orang-orang untuk menjadi waria. Karena saya rasa betul bagaimana kita selalu dibully ,”tuturnya.

Menyimpan lukanya, Angel menganggap hari-hari itu sudah berlalu. Stigma seperti  pendosa, tidak normal dan anggapan-anggapan miring lain menyoal ekspresi gendernya  tidak pernah lagi menghampiri , seperti yang lalu-lalu yang kerap dilemparkan orang-orang kepadanya.  Pedih tatkala mengingat moment itu pernah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.

Kerja kerasnya membuka jalan baru bagi Angel, kini orang-orang lebih banyak menaruh takjub  karena pesonanya.Mandiri, ulet dan sikap pantang menyerah mengantarkannya mandiri secara ekonomi  dan dipuji banyak orang. Oleh keluarga, kerabat dan tetangga-tetangganya, Angel adalah sang penyelamat, tempat bagi siapa saja yang punya masalah finansial untuk dimintai berhutang.

Tak peduli uang itu akan kembali atau tidak, bagi Angel kalau isi dompetnya  masih ada yang bisa diulurkan untuk membantu orang, ia dengan senang hati akan berikan.  Itu dengan rasa tulus  dilakukan.Mengingat ada satu harapan orang dalam dirinya yang tidak mampu ia puaskan. Adalah hidup  dengan ekspresi gender laki-laki sebagaimana yang melekat permanen secara fisik dalam dirinya.

Menikah, punya keluarga inti, ada istri dan anak-anak adalah hal tersulit untuk diberikan kepada orang-orang terdekatnya,sebagaimana itu yang diharapkan dari Angel.”Kita-kita ini kan waria berpikir kalau tidak sama mereka –mereka itu kita baik, kepada siapa lagi. Tak ada anak kan yang bisa lihat kita,yang penting kita tulus orang akan ingat,”begitu Angel memaknainya.

Kemujuran Angel menjalankan  usahanya, ditambah sikap kedermawanannya pada orang  yang sedang kesulitan, membuat ibu-ibu di tempat ia tinggal ingin kalau anaknya meniru Angel. Pernah ada satu orang tua yang memarahi anaknya, dan  ingin kalau  anak  itu menjadi waria agar bisa lebih berguna seperti  sosok Angel yang dianggap berhasil membahagiakan dan membanggakan orang tuanya.  Angel sontak meminta ibu itu menarik ucapannya.

Angel akan marah kalau ada orang tua yang rela anaknya menjadi waria asal hidupnya bisa mapan, mencontoh dirinya . Ia akan bilang tidak perlu menjadi waria kalau ingin menjadi mapan,cukup bekerja keras.  “Itu tergantung rezeki orang. Tidak enak menjadi transpuan, cukup saya saja, ”kata dia.

Tidak tahu saja kalau waria kata Angel sangat terbatas untuk bisa diterima bekerja di sektor formal, meski punya keahlian di bidangnya selalu saja disingkirkan. Kalau tidak buka salon sendiri, paling banter ikut sama orang yang punya salon. Itulah mengapa selama menjadi Ketua Kerukunan Waria di Maros, ia banyak berjuang untuk hak kesetaraan atau perlindungan kerja yang setara untuk waria, menekankan pada anggota-anggotanya untuk bisa mandiri dan membuka usaha sendiri.

Beberapa waria oleh Angel dibantu untuk memulai usaha. Diberi bantuan modal dan  alat-alat di salonnya yang sudah tidak  dipakai lagi dibagikan secara cuma- cuma. Bagi dia, sesama  komunitas yang jumlahnya minoritas itu memang harus saling tolong menolong.

Diberikan kemampuan ekonomi untuk berhaji, membangun dua rumah sendiri, dan mempekerjakan orang-orang di usahanya dikenang Angel tidak didapatkan dengan instan. Butuh waktu dan kucuran keringat untuk bisa meraihnya.

Lahir sebagai anak bungsu dari enam orang bersaudara pada  1981 di Kabupaten Maros, tidak membuatnya manja. Perawakannya yang gemulai, Angel adalah sosok petarung. Memulai kerja kerasnya dengan hidup terpisah dari keluarga sejak tahun 2000,kala itu ia baru tamat dari bangku Sekolah Menengah Atas(SMA).

“Tamat SMA saya memilih untuk  tinggal di kota, dipekerjakan oleh seorang penata rias pengantin. Enam tahun saya bekerja dan belajar  bersama beliau. Lalu buka salon sendiri setelah punya modal cukup, saat itu masih tinggal di kota,”terang Angel menceritakan awal-awal merintis usahanya kala ditemui di kediamannya, Jalan Marana Kelurahan  Macci Baji Kecamatan Lau Kabupaten Maros awal Desember .

Berjalan dua tahun setelah membuka salonnya sendiri, modalnya pun sedikit demi sedikit bertambah.Ia memutuskan untuk ekspansi  dan mengembangkan yang dirintisnya itu  ke usaha merias pengantin. Karena ruang usaha salon yang ia sewa di kota tak begitu luas, ia putuskan  untuk kembali ke kampung. Merenovasi rumah yang ditinggali bersama kedua orang tuanya , sekaligus menjadi tempat menaruh sejumlah alat dan barang dekorasi usahanya.

Tahun pertama merintis rumah pengantin dirasa cukup seret. Tidak ada pemesanan dekorasi dan make up pernikahan yang ia diterima. Dihitungnya setahun itu hanya satu yang mulai coba-coba memakai jasanya. Lalu tahun kedua bertambah tiga. Barulah tahun ke tiga mulai banyak yang berminat

Etalase setinggi  tiga meter kali  6 meter persegi itu terpajang rapih di salah satu ruang khusus di rumah pengantin miliknya, digunakan untuk menaruh baju-baju adat  Bugis dan Makassar. Tiga lemari lain berjejer saling berhadapan dengan barang yang sama. Beberapa busana pengantin model terbarunya di pajang di patung. Katanya itu baru saja dilihat oleh orang yang akan memesannya.

Kini usaha rias pengantinnya tidak cuman dikenal dan di booking oleh orang Maros saja, tata rias pengantin Angel yang diberi nama Rumah Pengantin Rezky sudah dikenal lintas kabupaten.Bahkan karena jasa rumah pengantinnya yang piawai itu, di pernah mendapat undangan dari Jayapura, Papua nan jauh sana untuk mendandani salah satu calon pengantin mempelai wanita.

Kelancaran rezeki Angel ia rasa berkat dukungan dan doa orang tuanya.“Alhamdulillah karena berkat dukungan orang tua, keluarga bisnis jadi lancar, rezeki tak henti-henti datang. Orang bilang saya pake baca-baca untuk melancarkan rezeki.” Yang membuat rumah pengantinnya diminati orang-orang, karena Angel punya koleksi busana pengantin yang tidak pasaran, sebab dirancang dan dijahit sendiri dari tangannya.

 Ia hanya melihat beberapa rancangan busana pengantin di internet lalu dimodifikasi agar tidak terkesan menjiplak. Itu bisa dipercaya dari keberadaan satu set alat mesin jahit yang ada di sudut ruangan, tempat ia merancang busana baju bodo dan pakaian pengantinnya.

Dalam kondisi yang telah mapan itu, baik secara ekonomi dan usia. Angel menjadi kelimpungan ketika tuntutan untuk membangun keluarga kembali datang  dari orang-orang terdekatnya, terutama ibu bapak Angel. Apalagi empat kakaknya sudah  membangun  rumah tangga .

 “Iya namanya orang sudah dewasa, umur sudah tua, dan sudah cukup mapan untuk memberi nafkah. Orang tua pasti ingin anak-anak mereka menikah kan,tapi bagi Angel berat,belum mau”katanya.

Angel punya jawaban saat ditanya apakah memilih menikah atau tidak oleh keluarga, ditengah jati dirinya yang diakuinya  adalah seorang transpuan yang sudah melekat kuat di pundaknya. Tentu saja bagi Mantan Ketua Kerukunan Waria Maros selama 10 tahun itu, kondisi tersebut cukup sulit untuk dihadapi.

Meski Angel sendiri mengaku sudah menerima identitas tersebut sebagai bentuk proses penerimaan diri(Coming In).Begitu juga kepada keluarga dan kolega-koleganya,ia mengaku sudah Coming Out, terbuka mengaku bahwa dirinya adalah transgender perempuan.

"Berserah diri saja.Yang terpenting kita hidup tidak membuat susah orang lain, berbaik kepada orang, Tuhan akan ridhoi kok jalan hambanya,"tuturnya. Sejak kecil Angel memang sudah merasa diri tidak memiliki jati diri laki-laki, ia lebih senang dengan hal-hal yang pada umumnya dilakukan oleh perempuan.Akhirnya ketika dewasa ia memilih menjadi seorang transpuan dan berdandan selayaknya identitas gender  yang ia merasa nyaman untuk dirinya.

Perlu waktu cukup lama untuk Angel sendiri menyadari bahwa identitas gender yang ada dalam dirinya tidak lahir dari pergaulan yang salah seperti banyak orang memberi citra kepada transpuan, tapi lahir dan tumbuh alamiah dalam dirinya sejak kecil. Begitu juga dengan keluarga yang sudah menerima apa pun ia sekarang.

Tahun 2018, adalah puncak pergolakan batin Angel. Ketika orang tua dan keluarga merasa punya beban moral karena tidak kunjung bisa membujuknya menikah, sementara ada keyakinan yang sudah kadung tumbuh dari pandangan orang tua Angel, kalau mereka akan berdosa bila tidak menikahkan anaknya yang sudah mapan. Ia lantas memberi alternative kepada bapak ibunya, kalau Angel tidak perlu menikah cukup naik haji saja.

“Yah orang tua beranggapan kalau anak harus dikasih kawin, karena saya tidak mau. Orang tua dan saudara memberi toleransi dan menyepakati kalau begitu naik haji saja. Katanya itu sudah menutupi ,impas jadinya,”urai Angel.

Tanpa diminta menebus permohonan keluarga untuk menikah dengan beribadah haji, pada dasarnya Angel memang sudah lama meniatkan diri untuk berkunjung ke tanah suci.Jauh-jauh hari ia sudah mendaftar sebagai calon jamaah sejak tahun 2005. Hanya bersamaan saja niat mengawinkan itu ditebus dengan berhaji.“Memang awalnya itu, tapi memang saya sudah punya niat untuk ibadah haji,”katanya.

Angel mengenang saat-saat ia di tanah suci. Ia sempat khawatir di tanah suci ia akan mendapat banyak cobaan, tidak bisa khusuk beribadah.Mengingat identitas gendernya yang oleh banyak penafsir dan pemuka agama bilang adalah menyimpang , ia bahkan dihujat hajinya tidak akan diterima disisi yang Esa. “Orang-orang  bilang kenapa ada bencong naik haji, diterima ji itukah hajinya, banyak yang bilang begitu,”tuturnya.

Selama 40 hari Angel di sana, ia sama sekali tidak mendapat sedikit pun kesulitan dalam setiap momen ritual hajinya. Bahkan haji Ifrad yang ia pilih untuk mengerjakan ibadah haji, dimana bagi banyak jamaah lebih memilih haji Tamattu karena dianggap lebih gampang, Angel bisa melaksanakannya tanpa pernah didenda sekali pun karena melanggar pantangan.

Haji ifrad sebagaimana dijalankan Angel memiliki tata cara  melaksanakan haji dan umrah secara sendiri-sendiri dengan mendahulukan ibadah haji.Lebih sulit karena haji ifrad, jamaah diwajibkan mengenakan pakaian ihram dan mentaati larangan-larangan ifrad.

"Jadi bagi yang laki-laki harus mengenakan pakaian ihram hingga puncak haji atau selepas tahallul pada 10 Dzulhijah, itu sekitar 18 hari kita tidak sikat gigi, tak boleh memakai tutup kepala., tak boleh memakai sandal yang menutup mata kaki, tak boleh mencukur rambut di seluruh badan, memotong kuku,"cerita Angel.

Sejumlah pemuka agama lebih menganjurkan haji ifrad, sebab dinilai lebih utama dan diyakini haji ifrad adalah yang paling afdhal.Begitu pula Angel meyakininya.Pelaksanaan haji ifrad kata dia sudah menjadi amanat dari orang tua dan keluarga sebelum ia berhaji.

“Sejak dulu keluarga, semuanya ambil haji ifrad. Katanya mengikuti sunahnya Nabi Muhammad.”Karena pelaksanaan haji ifrad bukan hal yang mudah, olehnya Angel sejak mendaftar haji sudah banyak mempelajari soal haji ifrad dan tata caranya.“Sebelumnya sudah diajari bagaimana beratnya haji ifrad ini, tapi saya punya tekad untuk bisa pulang dengan haji mabrur,”kata Angel.

Yang disyukuri Angel karena selama itu, ia tidak pernah mengganti dengan dam (denda)karena melanggar aturan haji ifrad. Cerita-cerita lain yang buat Angel tergelitik mengenang masa-masa berhajinya kala itu, adalah soal namanya “Angel”.

Nama Angel sudah melekat kuat di mata orang-orang yang mengenalnya.Meski Angel menanggalkan ekspresi femininnya saat berhaji, orang-orang tetap memanggilnya dengan sebutan Angel. Orang asing , terutama timur tengah, sesama  jamaah tertawa geli ketika mendengar nama Angel dipanggil-panggil dengan sebutan haji.

 Seperti di Sulsel, gelar haji diberikan kepada laki-laki yang telah menunaikan ibadah haji, sedang untuk perempuan biasanya digelar dengan panggilan hajjah.Di sana, cerita Angel seketika akan dibuat heran, kala ia dipanggil oleh sekawanannya, tetapi yang menoleh adalah laki-laki.

“Orang-orang akan menoleh, ekh namanya Angel ternyata laki-laki. Sepemahaman mereka Angel kan nama perempuan yang artinya malaikat. Tapi saya tidak acuh dengan itu,”katanya.

Kini ada rindu ia ingin kembali kesana, menginjakkan kaki yang ia sebut sebagai rumah Tuhan.Tapi impian itu pupus .Otoritas Arab Saudi menutup kunjungan umat Islam untuk menunaikan umrah selama Covid-19 menyerang, membuat ia belum bisa mewujudkan impian itu. Ia berencana akan berangkat bersama kedua orang tuanya jika ada kesempatan.

Ibadah Haji Memberi Pengakuan

Sepulang dari tanah suci hidup Angel berubah.Ia merasa orang-orang jauh lebih segan dan menghargainya. Gelar haji seperti memberi pengaruh baik terkait penerimaan orang-orang kepada identitas gendernya. “Jadi kalau ada yang mau membully orang akan bilang, bencong memang  dia tapi sudah haji, dia kalah dirimu yang belum haji,” cerita Angel yang mengaku merasa mendapat berkah Tuhan karena hajinya diridhoi.

Sama dengan orang-orang yang telah berhaji pada umumnya di Sulsel, gelar itu seperti menyulap si empunya nama seketika menjadi terpandang di mata orang-orang, disambut bagai raja ketika di hajatan, diberi tempat dan kursi paling depan ketika datang. Itu juga yang Angel rasakan, dan bandingkan ketika sebelum berhaji.

“Pada umumnya waria di Maros  diterima oleh masyarakat, tetangga orang-orang umumnya tidak terlalu mempermasalahkan. Berbeda ketika saya ke Makassar.  Tetapi setelah berhaji orang-orang lebih segan, penghormatannya bertambahlah,”tuturnya.

Semisal Angel mencontohkan,ketika ada calon pengantin yang ingin menggelar ritual Appasili Bunting(ritual memandikan calon pengantin), kalau biasanya ia hanya mengutus orang-orangnya untuk memandikan dan mencukur, orang tua mempelai kadang menolak dan meminta Angel untuk datang langsung.”Katanya sama haji saja, karena lebih afdol  sudah haji dia bilang,”cerita Angel mengulang penilaian orang kepadanya.

Karena keutamaan haji yang ia rasakan itu, Angel lantas ingin orang-orangnya ikut merasakan keberkahannya. Tiga dari lima orang yang ia pekerjakan di rumah pengantinnya, sudah didaftarkan haji tahun 2019 lalu lewat jalur reguler yang daftar tunggunya sampai 10 tahun.

“Yang dua itu karena masih baru mereka, jadi nanti belakangan. Alhamdulillah tiga orang anak-anakku(karyawan) sudah punya rumah sendiri-sendiri dan punya salon juga selama kerja di tempat ini,”kata dia.

Kebaikan Angel dirasakan pula oleh dua keponakan yang ia asuh sejak kepergian kakaknya,  orang tua keponakan yang sudah lebih dulu dipanggil sang pencipta tahun 2018, tidak lama setelah Angel kembali dari tanah  suci Makkah . Kedua keponakannya di kuliahkan di kampus ternama di Makassar dengan biaya yang tidak sedikit.

 Salah satunya, Zajir Nur Maulana mengaku Haji Angel adalah pengganti orang tuanya yang sudah tiada,sosok yang diletakkan paling berharga dalam hidupnya. Semangat untuk terus mengejar cita-cita diberikan Angel kepadanya agar tidak menyerah pada satu keadaan."Haji itu orang yang tidak pernah mengeluh ketika saya minta sesuatu terutama untuk bayar uang kuliah,"tutur Zajir.

Disekolahkan di Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar(PIP Makassar) yang berada di Jalan Tentara Pelajar Kota Makassar, oleh Zajir bukan biaya yang sedikit Haji Angel keluarkan sampai ia selesai, tetapi dengan loyal Angel keluarkan uangnya itu untuk bisa menjadikan ia seorang Perwira Pelayaran di bawah naungan Kementrian Perhubungan Laut.

"Saya sering berfikir kepada diri saya, ketika saya menjadi orang sukses mungkin saya tidak bisa membalas kebaikannya itu, meskipun saya telah memberikan kemewahan ataupun kenyamanan, bagi saya itu masih belum berarti dibanding perjuangannya membesarkan, mendidik dan menyekolahkan saya,"ujar Zajir penuh haru.

Haji Angel, begitu orang menyapanya sekarang. Masih tetap merasa kalau dirinya adalah perempuan, dan akan selalu begitu. Pun saat ini ia sudah jarang mengenakan pakaian kesukaannya , berdandan feminin sebagai bentuk ekspresi gendernya, seperti yang ia pakai sehari-hari sebelum berhaji, bukan berarti identitas gendernya berubah menjadi laki-laki .

Gelar haji masih membuatnya canggung untuk pakaian-pakaian feminin itu dia kenakan. “Saya bukan tidak mau lagi pakai, saya akan tetap memakai karena namanya kita senang. Tapi untuk sekarang mungkin belum, nanti-nantilah,”tutup Engel.(*)