Kisah Penafsir Alquran asal Sidrap, Raih 11 Beasiswa hingga Kuliah di Turki

* Yadi Rahmat berbagi pengalaman meraih beasiswa

Kisah Penafsir Alquran asal Sidrap, Raih 11 Beasiswa hingga Kuliah di Turki
Yadi Rahmat. (IST)






“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."


Kutipan dari Ir. Soekarno itu mungkin menjadi inspirasi sosok Yadi Rahmat. Pria asal Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, itu dengan segala keterbatasan materi hingga berhasil menempuh pendidikan ke luar negeri. 


Tak tanggung-tanggung, pria yang karib disapa Rahmat ini berhasil mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah Turki. Latar belakang pendidikan keluarga Rahmat yang kedua orangtuanya hanya lulusan sekolah dasar (SD) tidak mematahkan semangatnya. 


Berikut kisah Rahmat dalam sebuah catatan yang dikirim ke KABAR.NEWS:


Meski lahir dari keluarga yang tidak memiliki previlege dalam dunia pendidikan. Bagi orangtua Rahmat, pendidikan, terutama pendidikan agama sangatlah penting. 


Atas dasar itulah, orangtuanya memasukkan Yadi ke Pondok Pesantren As’adiyah Lancirang, Sidrap, dari bangku kelas SMP hingga SMA.


Selama menimbah ilmu di pesantren, Rahmat merupakan santri yang aktif dan berprestasi. Ia selalu menempati peringkat pertama selama 6 tahun berturut-turut (SMP-SMA), pernah menjabat sebagai ketua OSIS serta aktif mewakili sekolah dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)  yang kerap kali meraih gelar juara.


Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren, Rahmat kemudian melanjutkan pendidikan di UIN Alauudin Makassar. Ketika melanjutkan pendidikan S1 jurusan Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Rahmat memutuskan untuk kuliah sambil bekerja.


Pagi sampai sore waktunya digunakan untuk kegiatan kampus, seperti kuliah dan organisasi. Saat malam, Rahmat bekerja sebagai guru ngaji dan guru privat di berbagai lembaga bimbingan belajar di Makassar.


Salah satu tantangan Rahmat ketika kuliah S1 di Makassar yaitu harus pandai dalam mengatur waktu. Tidak mudah kuliah sambil kerja serta aktif di berbagai organisasi intra maupun ekstra kampus. 


Sebut saja Rahmat pernah menjabat sebagai Ketua Departemen Kaderisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Jami’, Devisi Aspirasi Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin serta aktif di 8 lembaga kemahasiswaan lainnya.


Lulus dengan Cumlaude, Raih 11 Beasiswa 


Berkat ketekunan, kerja keras dan support dari keluarga, akhirnya Rahmat berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan meraih predikat Cumlaude dengan IPK 3,94 dengan masa studi tidak sampai 4 tahun. 


Tidak hanya itu, Rahmat berhasil menjadi lulusan tercepat jurusan Tafsir Hadis dan menjadi salah satu lulusan terbaik di UIN auddin Makassar pada periode wisuda September 2018.


Beberapa prestasi Rahmat lainnya yaitu berhasil meraih 11 beasiswa dalam dan luar negeri, mengikuti program Student Exchange di Malaysia, short course di Groningen University Belanda, serta program International lainnya di USA, Dubai, UK, Malaysia dan Turki.


Menurut Rahmat, kebanyakan orang berpikir bahwa untuk mendapatkan beasiswa luar negeri itu sangat sulit dan hanya didapatkan oleh mereka yang punya IQ di atas rata rata, keluarga berpendidikan serta berasal dari kota dan sekolah/kampus ternama.


Hal ini mencoba dibantah oleh Rahmat yang saat ini menempuh pendidikan Pascasarjananya di Sakarya University, Turki.


Rahmat percaya bahwa semua orang bisa sekolah dan mendapatkan beasiswa keluar negeri. Terdapat ratusan bahkan ribuan beasiswa luar negeri yang siap mewujudkan mimpi.


Hanya butuh usaha lebih seperti mencari informasi secara detail serta mempersiapkan dokumen beasiswa sebaik mungkin. Ikhtiar + Doa= Kesuksesan


Berikut Saran dan Masukan dari Rahmat untuk para pejuang beasiswa: 


Tanamkan ke diri teman- teman bahwa kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak. Mulai dari sekarang persiapkan dokumennya sebaik mungkin seperti Ijazah, Transkrip Nilai, Sertifikat bahasa (TOEFL/ IELTS), CV, Essay, Surat Rekomendasi dan sebagainya.


"Ingat, sekali teman-teman terjun sebagai Scholarship Hunters, maka pantang menyerah sebelum jadi penerima beasiswa. Kalau gagal, coba lagi. Gagal, coba lagi. Gagal, coba lagi smpai kalian jadi penerima beasiswa karena sejatinya kegagalan itu ketika berhenti berjuang," kata Rahmat.


Setidaknya, dari kegagalan itu juga para pejuang beasiswa mendapat banyak ilmu, pengalaman dan pelajaran yang tidak bisa didapatkan dari tempat lain. 


"Ada perjuangan, maka ada hasil yangg akan didapatkan," katanya.


Menurut Rahmat, mimpi itu harus besar karena sebagai umat Islam, ia punya Allah yang maha besar. Ingat, Allah pasti mengabulkan doa hambanya. Kalau tidak sama persis yang diminta pasti Allah berikan yang jauh lebih baik.

"... Dan boleh jadi kamu tdk mnyenangi sesuatu, padahal itu baik untukmu. Dan boleh jadiu menyukai sesuatu padahal itu tdk baik untukmu. Dan Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS. Al Baqarah[2]: 216)


Penulis: Rahmat Al Bugisiy, Mahasiswa Magister Ilmu Tafsir di Sakarya University, Turkey