Kendala Penanganan Medis Pasien Covid-19 Gempa Sulbar

Pasien takut dengan kondisi RSUD Sulbar pasca gempa.

Kendala Penanganan Medis Pasien Covid-19 Gempa Sulbar
Relawan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Nevy Shinta. (Foto: KABAR.NEWS/Saharuddin)






KABAR.NEWS, Mamuju - Pasca gempa bumi magnitudo 6,2, penananganan medis pada korban terus dimaksimalkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sulawesi Barat. Pemetaan lokasi untuk pasien reaktif Covid-19 dan non reaktif telah di tempatkan terpisah. 

Meski begitu beberapa pasien datang kerap kali meminta pulang paksa. Selain tempat perawatan dinilai tidak memadai, beberapa diantaranya juga khawatir divonis Covid-19.

Sebagai upaya untuk terus memaksimalkan pelayanan medis, selasar RSUD Provinsi Sulbar terpaksa dimanfaatkan sebagai tempat pelayanan bagi pasien Covid-19 untuk sementara waktu.

Relawan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Nevy Shinta mengatakan pihaknya sudah melakukan screening untuk membedakan pasien reaktif dan non rekatif Covid-19. Ia mengungkapkan ada dua pasien terpapar Covid-19 usai menjalani operasi. 

"Kendalanya alat kami butuh listrik. Selain itu, terkadang pasien menolat dirawat dan pulang paksa mungkin karena merasa tempa tidak layak," tuturnya, Rabu (20/1/2021). 

Sementara, Relawan Medis dari Surabaya, Dr Christrijogo Sumartono mengaku banyak warga merasa takut tidak sembuh. Sumartono menegaskan pihaknya selalu memberikan pemahaman dan penanganan sebaik mungkin. 

"Selain penanganan medis untuk pasien covid-19, penanganan medis untuk korban gempa bumi non reaktif juga ditempatkan di lokasi tersendiri," ucapnya.

Penulis: Saharuddin/B