Kementan Harap Ekspor Kopi Toraja Meningkat, Pemda Tawarkan Cabai
* Termasuk peremajaa petani Kopi

KABAR.NEWS, Rantepao - Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia, Jan Samuel Maringka mendorong peningkatan ekspor Kopi Toraja ke beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor.
Hal itu disampaikan Jan Maringka kegiatan "Dialog Jaga Pangan" di Aula Kompleks perkantoran Kabupaten Toraja Utara (Torut) Marante, Sabtu (4/3/2023).
Dikatakan Jan Maringka bahwa yang menjadi problematika saat ini yakni kurangnya perhatian ekspor kopi. Dia berharap stakeholder di Bumi Lakipadada bisa membantu Kementan untuk memaksimalkan ekspor Kopi Toraja.
"Maka dari itu diperlukan dukungan dari seluruh elemen untuk meningkatkan ekspor kopi", kata Jan Samuel Maringka.
Jan Maringka juga meminta perlu ada kerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan peremajaan petani kopi. Sebab hal itu menjadi salah satu program dari Kementan.
Meski begitu, dijelaskan Jan Maringka bahwa peremajaan tidak akan dilakukan secara menyeluruh, karena kopi juga merupakan kehidupan dari para petani, sehingga akan melakukan secara bertahap.
"Kita berharap di tahun ini dan selanjutnya wilayah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara akan mendapatkan prioritas untuk peremajaan kopi" pungkas Mantan Kajati Sulsel ini.
Di tempat yang sama, Bupati Tana Toraja Theofilus Allorerung, meminta dukungan dan back up dari Kementan untuk pengembangan pertanian cabai yang saat ini terus digalakkan.
Menurut Theofilus, cabai lokal yang biasa disebut warga Toraja dengan sebutan Katokkon, mempunyai tingkat kepedasan tinggi, hingga kedua terpedas di dunia. Komoditas pertanian ini menjadi handal bersama kopi.
Sementara Bupati Torut, Yohanis Bassang menyampaikan bahwa dengan kehadiran Irjen Kementan dapat memberikan perhatian khusus bagi para petani kopi di Toraja secara umum dalam optimalisasi harga pemasaran kopi.
Ia menyebutkan, petani di Torut merasa kesulitan mengembangkan kopi karena nilai harga jual dari petani terlalu rendah untuk kembali merawat lahan.
"Kesulitan yang di alami para petani kami itu ialah harga jual hasil pertanian rendah jadi petani merasa rugi dan mengeluh karena tingkat nilai jual kopi masih rendah," ucap Ombas, sapaan akrabnya.
Penulis: Febriani/B