Kasus Stunting di Jeneponto Tertinggi se-Sulsel, Pernikahan Dini Turut Mempengaruhi
- Diungkapkan Kadis Kesehatan Jeneponto

KABAR.NEWS, Jeneponto - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jeneponto, Syusanty A Mansyur, menyebut angka stunting di Butta Turatea berada di urutan pertama se-Sulawesi Selatan (Sulsel).
Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulsel pada 2021, stunting di Jeneponto berada pada angka 37,9 persen.
"Memang menjadi daerah tertinggi di Sulawesi Selatan untuk tahun 2021," kata Syusanty A Mansyur saat ditemui KABAR.NEWS di ruang kerjanya, Senin (8/8/2022).
Melansir laman Kementerian Kesahatan, Stunting adalah suatu kondisi dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya.
Hal ini akibat dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Stunting menyerang anak berawal dari minimnya asupan gizi saat dalam kandungan.
Syusanty melanjutkan, untuk tahun 2022 ini, pihaknya baru akan menarik data angka stunting per Agustus.
"Jadi kalau kami mau berkomentar mungkin itu data tahun 2021. Kalau ditarik datanya bulan Agustus-Oktober," jelasnya.
Syusanty menjelaskan bahwa faktor umum penyebab tingginya angka stunting di Jeneponto ialah kurangnya asupan gizi.
"Banyak sekali faktor untuk penyebab stunting, salah satunya yah pola asuh, ketersediaan apa yang mau dimakan, kemudian ada juga memang karena hijen sanitaisi itu sangat berpengaruh kalau di rumah tangga kita ada jamban, ada apa itu supaya tidak sakit-sakitan itu harus ada," kata dia.
Selain faktor pola asuh dan asupan gizi, pernikahan dini juga diklaim menjadi biang terjandinya stunting di Jeneponto. Menurutnya, perempuan yang menikah usia muda, berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
"Dan kita di Jeneponto ada namanya pernikahan dini, itu salah satu penyebabnya. Melahirkan anak-anak yang BBLR itu bisa menjadi pencetus anak-anaknya nanti stunting, karena berat badan lahirnya saja kurang, ditambah dengan asupan yang kurang, ditambah dengan apa yang mau dimakan tidak cukup," terangnya.
Atas hal itu, Dinkes Jeneponto saat ini fokus melakukan pencegahan dengan melibatkan semua sektor, supaya angka stunting menurun.
Sementara itu, Bupati Jeneponto Iksan Iskandar mengaku belum pernah mengadakan survei perihal angka stunting siapa tertinggi.
"Tanyaki BKKBN di sini (Jeneponto,red), kalau dia bilang begitu, kita belum pernah mengadakan survei terhadap siapa yang paling banyak, tapi kalau ada, yah ada. Cuman kalau paling banyaknya saya tidak berani bilang," ujar bupati dua periode itu kepada KABAR.NEWS di kantor bupati.
Ia mengaku tidak begitu tertarik dengan jumlah stunting di daerah kepemimpinannya. Yang terpenting bagi Iksan, adalah penanganan dan pelayanan kesehatan bagi warga kurang mampu di desa.
"Itu juga kita belum pernah hitung angka stunting, yang penting bagaimana kita menangani stunting yang ada ini, karena stunting ini kan rumusannya bukan cuma karena kekurangan gizi terhadap anak perkembangan lemas, tetapi bagaimana pelayanan kesehatan ini bisa lebih merata pada seluruh masyarakat yang tidak mampu di desa," pungkasnya.
Berdasarkan data yang diterima KABAR.NEWS dari Dinkes Jeneponto, angkat stunting tahun 2020 mencapai 15,09 persen per-Februari. Sedangkan tahun 2021 sebanyak 12,58 persen per-Agustus.
Penulis: Akbar Razak/A