Jelang Musda Golkar Jeneponto, Suharto Serang Iksan Iskandar
Suharto merupakan calon Ketua Golkar Jeneponto dan akan bertarung dengan Iksan Iskandar.

KABAR.NEWS, Jeneponto - Jelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda), calon Ketua DPD II Golkar Jeneponto, Suharto mulai menyerang petahana Iksan Iskandar. Suharto menilai Iksan Iskandar tidak memenuhi syarat administrasi.
Suharto mengatakan pencalonan Iksan Iskandar tidak memenuhi syarat administrasi karena tidak pernah menjadi pengurus Partai Golkar selama lima tahun. Ia mengaku syarat menjadi pengurus Golkar selma lima tahun adalah wajib.
"Pak bupati itu secara administrasi dia tidak bisa lolos karena dipersyaratan wajib lima tahun jadi pengurus begitu," ujarnya kepada KABAR.NEWS saat dikonfirmasi via telepon, Selasa (9/3/2021).
Suharto menuding panitia dengan kubu Iksan bersekongkol, karena masa periode pimpinan cabang yang dicopot dan diganti dengan Pelaksana tugas (Plt).
"Perselongkolan sudah pasti dia lakukan, kenapa sampai pimpinan kecamatan yang masa periodenya kepengurusannya 2022 tiba-tiba Plt, kan mestinya ada syaratnya orang di Plt," tuturnya.
Suharto juga mengungkapkan jika belum ada diskresi dari DPP Golkar tentang pencalonan Iksan Iskandar sebagai calon Ketua Golkar Jeneponto. Tak hanya soal diskresi DPP Golkar, Suharto juga menyoroti sosok istri dan anak Iksan Iskandar yang maju di Pileg 2019 menggunakan NasDem.
"Dasarnya dia Ketua Golkar, lalu kemudian istrinya masuk caleg pusat dari Partai NasDem, terus anaknya juga caleg Nasdem provinsi dan suaranya besar. Jadi persoalanya kita semua tahu kalau dia bekerja untuk NasDem, kepentinganya apa," ucapnya. .
Sementara itu, Ketua Pincam Golkar Binamu, Sudirman Sappara meminta Suharto yntuk kembali membaca aturan Musda Golkar. Sudirman menilai Suharto sudah keliru menafsirkan aturan tentang calon ketua.
Sudirman menyarankan agar Suharto tak terlalu jauh mencampuri dapur Iksan. Yang terpenting, kata dia, adalah Suharto harus melengkapi serangkaian persyaratan.
"Dia bukan SC (steering commite), saya kira dia lebih paham itu. Tetapi saya menganggap keliru Pak Suharto menafsirkan orang, ngurusi orang. Saya kira ngurusin diri aja lah, suruh lengkapi berkasnya, ucapnya.
Penulis: Akbar Razak/B