Figur Pilihan KABAR.NEWS: Ilham Azikin & Kebaikan Baru Penanganan Covid-19
Tracing, Testing & Treatment untuk Kebaikan Baru

KABAR.NEWS, BANTAENG - Masa pandemi Virus Corona (Covid-19) menjadi ujian terberat para pemimpin di Daerah. Selain harus berjibaku menekan laju penularan, penyelamatan perekonomian juga harus dikedepankan. Tak banyak pilihan bagi mereka. Memilih melawan ataukah berdampingan dengan virus adalah pilihan sulit. Hanya buah kebijakan terbaik yang mampu menyelamatkan jutaan nyawa.
Awal 2020 menjadi masa-masa sulit yang harus dihadapi para pemimpin Daerah di Indonesia. Karena tak semua pendahulu mereka dihadapkan pada kondisi seperti ini. Ancaman virus mematikan di depan mata. Banyak dari mereka bahkan telah bertumbangan. Bertahan tanpa persiapan adalah sebuah kemustahilan.
Masalah inilah yang mendasari Tim riset media online KABAR.NEWS memilih para figur Kepala Daerah untuk diabadikan rekam jejaknya saat masa pandemi. Kisah dan perjuangan mereka saat digempur Virus Corona menjadi layak diabadikan dalam jejak tertulis. Selain menjadi investasi masa depan, juga akan menjadi warisan edukasi bagi generasi yang akan datang.
Salah satu figur pilihan kami adalah Bupati Kabupaten Bantaeng, Dr. H. Ilham Syah Azikin. Ada beberapa poin pertimbangan redaksi mengapa kiprah Bupati bergelar Doktor Ilmu Pemerintahan ini layak direkam jejak kepemimpinananya dalam penanganan virus. Sehingga nantinya akan diterbitkan dalam buku cetak maupun e-book: "Siaga & Bertahan di Masa Pandemi Covid-19".
Tekan Penularan dengan Protokol Ketat
Serbuan Virus yang mulai merambah Daerah-daerah di Sulsel mendapat respons kebijakan berbeda dari tiap Kepala Daerah. Kepanikan di awal munculnya virus baru asal Wuhan tersebut tentunya juga dialami banyak orang. Ilham Azikin sendiri tak menampik itu. Namun, berkat kerja kerasnya, laju penularan virus dapat ditekan.
“Kalau awal pandemi pasti sama dengan semua daerah kita mengalami kepanikan, kita mengalami proses-proses penyesuaian baik dalam kerja struktural, khususnya dalam upaya-upaya penanganan,” kata Ilham saat berbincang dengan KABAR.NEWS di Kantor Bupati Kabupaten Bantaeng, Kamis (10/9/2020).
Meski belum lama memimpin Butta Toa—julukan Kabupaten Bantaeng, namun Kematangan Iham Azikin sebagai birokrat jelas berperan besar dalam memaksimalkan seluruh struktur Pemerintahan hingga Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
Bupati Bantaeng Ilham Azikin saat menerima Kunjungan KABAR.NEWS. (Dok;Humas Bantaeng)
Antisipasi awal dan pencegahan dipersiapkan. Protokol ketat dimaksimalkan pada tiap pintu masuk perbatasan Bantaeng.
“Nah yang kami bisa banggakan bahwa dari proses awal sampai dengan saat ini sinergitas semua elemen khususnya Forkopimda dalam menyikapi ini, itu sangat bagus untuk Kabupaten Bantaeng, itu sangat solid.”
Namun, Ciwang sapaan akrabnya merasa memaksimalkan seluruh struktur belum cukup. Ada peranan besar masyarakat yang harus mendapat porsi lebih dalam penanganan. Pendekatan edukasi dan kultural merupakan satu dari banyak cara efektif dalam memantik kesadaran masyarakat Bantaeng.
“Itulah yang mendukung kita dan yang paling pertama tentu adalah kesadaran masyarakat,” ujarnya.
Ciwang bukan baru kemarin mengenal birokrasi. Ia telah malang melintang pada berbagai jenjang struktural birokrasi. Lulusan Institut Ilmu Pemerintahan Jakarta tersebut paham apa yang harus dilakukan. Penanganan dan pencegahan tanpa melibatkan masyarakat baginya sama saja memukul angin. Hasilnya jelas terlihat.
“Kerja-kerja penanganan pencegahan penyebaran Covid-19 ini saya bisa sampaikan bahwa 10 persen ji ini Kerja-kerja pemerintah, 90 persen itu adalah kesadaran masyarakat, kesadaran semua elemen ini yang terjadi di Kabupaten Bantaeng sehingga kami bisa ada sampai titik kondisi hari ini,” ujarnya.
Tracing, Testing & Treatment untuk Kebaikan Baru
Ciwang memahami perbedaan kultural setiap daerah akan membutuhkan pendekatan berbeda pula. Baginya memberikan edukasi terhadap masyarakat juga harus menyesuaikan dengan kondisi sosial dan kultural masyarakatnya. Olehnya, adaptasi kebiasaan baru diistilahkan sebagai kebaikan baru. Langkah Tracing, Testing & Treatment akan menuju ke sebuah kebaikan baru dalam penanganan dan pencegahan virus.
“Teman-teman juga pasti merasakan bagaimana Bantaeng saat ini. Tadi pagi pun kita kampanye mengenai adaptasi kebiasaan baru. Kalau kami di Bantaeng mengistilahkan adaptasi kebaikan baru,” ujarnya.
“Sejak 28 juli sampai hari ini akan masuk minggu keenam kita status zero case (Nol Kasus) dan tetap melakukan tracing, testing, treatment. Itu yang kita lakukan,” lanjut peraih pengharagaan Camat berprestasi 2002 dari Pemerintahan Maros tersebut.
Tantangan Penanganan di Tengah Bencana
Kebijakan Ilham dalam penanganan pencegahan virus kembali mendapat ujian baru. Tepatnya, Jumat (12/6/2020), banjir bandang melanda Daerah yang dipimpinnya. Korban hingga kerugian materi bertambah. Kini, lawan baru tak hanya virus, namun pemulihan pascabanjir juga butuh langkah cepat.
“Kami pernah dapat (bencana), ini salah satu dampaknya ketika kita mengalami bencana banjir bandang sehingga proses screening orang yang masuk Bantaeng itu sedikit longgar, karena kan orang mau masuk bawa bantuan, sehingga proses screening itu kita bebaskan sehingga di situ muncul case (Kasus baru) 3 kasus pertama yang muncul di Kabupaten Bantaeng setelah Pascabanjir bandang,” katanya.
Ilham Azikin saat menyambut tim Surveyor Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Kementerian Kesehatan RI di Puskesmas Sinoa, Bantaeng. (Instagram;Ilham Azikin)
Fokus dalam pemulihan pascabencana bukan berarti tutup mata terhadap penanganan Covid. Tantangan yang bertambah justru kian memotivasi seorang Ilham dalam meramu kebijakan. Tracing, Testing & Treatment justru makin dimaksimalkan. Buah kebijakan tersebut mampu mengunci kasus penularan yang awalnya meningkat menjadi nol kasus.
“3 kasus ini, kita lakukan upaya percepatan tracing dan testing kita perbanyak, kita kasih dua kali lipat. Kalau standarnya 7 kita kasik 14. Sehingga dalam waktu 3 minggu dari 3 kasus menjadi 101 kasus. Orang kaget, tapi kita pikir tidak apa-apa, lebih bagus percepat, perbanyak dan kita lipat gandakan daripada standar tracing dan testing itu, dari 3 menjadi 101 itu dalam waktu 3 minggu tetapi setelah itu kita kunci dan inilah yang kita rasakan sekarang.”
“Daripada kita lakukan pembiaran, pura-pura tidak ada kasus padahal ada kan, jadi kita percepat, perbanyak tracing, testing dan lonjakannya signifikan, tetapi setelah dia melonjak signifikan kita bisa kunci sehingga enam minggu ini kita sudah safety dan mudah-mudahan bisa (terkendali penuh),” lanjut mantan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros ini.
Tertib Protokol Tanpa Mematikan Ekonomi
Sukses menekan jumlah penularan tak membuat Ilham jemawa. Antisipasi pemulihan hingga langkah-langkah pencegahan terus dijaga. Di sinilah peran edukasi masyarakat sangat dibutuhkan. Kampanye 3M kini melibatkan seluruh tokoh masyarakat di Bantaeng.
“Sekarang kita konsentrasi di proses-proses edukasi seperti yang tadi mungkin teman-teman lihat, kampanye 3 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak) itu kita galakkan,” katanya.
Membuat wilayahnya tertib Protokol kesehatan namun tetap produktif secara ekonomi memang tak mudah di situasi normal yang berbeda dari sebelumnya. Pengalaman birokrasi Ilham kembali diuji. UKM hingga ekonomi masyarakat harus tetap berjalan. Ibu-ibu dilibatkan. Alat Pelindung Diri (APD) dihasilkan dari tangan-tangan asli warga Bantaeng. Tak ada kata langka untuk APD di Bantaeng. Ekonomi masyarakat terbantu, kesehatan juga terjaga.
“Yang kedua yang kita arahkan ini sekarang bagaimana kita mengistilahkan di Bantaeng dia tertib tapi produktif. Dia tertib dalam protokol kesehatan tapi produktif secara ekonomi, jadi APD-APD itu kemarin kita langsung memproduksi APD dan itu yang memproduksi adalah UKM-UKM atau Ibu-ibu kelompok penjahit. Jadi kita di Bantaeng kita tidak bersoal dengan APD karena itu diproduksi langsung di Bantaeng,” kata Ilham.
“Jadi itu sementara kita konsentrasi baik intervensi kegiatan penganggaran secara umum di pemerintah Kabupaten maupun elemen-elemen masyarakat. Tertib tapi produktif.”
Memadukan Struktural dan Kultural
Ilham sadar betul kebijakan yang dikeluarkan tak mampu langsung diterjemahkan masyarakat. Ada pendekatan kultural yang harus diseimbangkan. Menjalankan keduanya dalam waktu bersamaan pastilah membutuhkan waktu. Pendekatan edukasi kini rutin dilakukan dengan memadukan pihak pemerintah dan tokoh masyarakat, adat, hingga tokoh agama di setiap kegiatan
“Tidak akan kita hentikan proses edukasinya. Karena penanganan Covid-19 ini tidak bisa tuntas secara struktural, kalau hanya pendekatan struktural mungkin kayak di daerah-daerah yang ada di Ibu Kota di Jawa yang strukturnya lebih rapi, besar,” katanya.
“Itu bisa kita simpulkan dan itu coba kita lakukan di Kabupaten Bantaeng. Pendekatan penanganan pandemi tidak cukup pendekatan struktural tapi dia juga harus ikut pendekatan-pendekatan kultural, kebiasaan baru dan kebaikan baru yang kita istilahkan di Kabupaten Bantaeng, dia harus bergerak tidak hanya secara struktural tetapi dia secara kultural, makanya kayak tadi pagi kita kampanye penggunaan masker, yang hadir itu adalah ketua NU, ketua Muhammadiyah, MUI itu hadir,” lanjut putra Legislator DPR RI, Azikin Solthan tersebut.
Kata Ilham, usaha masksimal Pemerintah, Polisi, TNI, dan seluruh struktur akan berhasil jika melibatkan peran besar tokoh masyarakat dan Agama. Saat melintas di Kabupaten Bantaeng, sosialisasi protokol kesehatan, bagi-bagi masker akan sangat mudah ditemui. Namun, tak hanya Polisi-TNI, yang akan dijumpai, ada beragam gabungan masyarakat ikut terlibat di sana.
“Dan itu yang kita rasakan di Kabupaten Bantaeng.”
Ada beberapa ramuan kebijakan Ilham Azikin agar peran para tokoh dapat sejalan dengan Pemerintah. Karena bagi Ilham, peran Pemerintah hanya 10 persen saja, 90 persen dari kesuksesan penanganan adalah kesadaran masyarakat.
Kesadaran masyarakat tentunya lahir dari peran besar para tokoh dalam melakukan pendekatan. Termasuk konsistensi penerapan protokol kesehatan di Bantaeng hingga membedakannya dengan Daerah lain. Keseluruhan cerita akan diulas lengkap dalam buku yang rencananya akan di-launching di Gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Jakarta, November 2020 mendatang. Nantikan kisahnya.