El Nino bakar 284 Hektare Lahan di Sulsel, Bahtiar siapkan Mitigasi
* Salah satunya menyiapkan peta risiko Karhutla

KABAR.NEWS, Makassar - Kemarau El Nino yang melanda berbagai belahan dunia mengakibatkan 284,45 hektare lahan di Sulawesi Selatan (Sulsel) terbakar. Kondisi ini mendorong Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin langsung bertindak.
Bahtiar langsung mengumpulkan sejumlah pihak termasuk TNI - Polri untuk rapat koordinasi Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Pertemuan tersebut berlangsung di Kantor Gubernur Sulsel, Makassar, Kamis (12/101/2023).
Dalam rapat itu, Bahtiar mengatakan El Nino memicu perubahan pola cuaca di seluruh dunia, termasuk di Sulsel. Salah satu dampak utamanya adalah peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan. Ini adalah masalah serius yang memerlukan perhatian bersama.
"Kebakaran hutan dan lahan bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga berdampak besar pada kesehatan masyarakat, ekonomi dan kehidupan sehari-hari," kata Bahtiar dalam keterangan tertulis, Jumat (13/10/2023).
Menurut Bahtiar, Karhutla bukan cuma disebabkan kondisi alam. Sebagian besar Karhutla disebabkan oleh tindakan manusia, seperti pembakaran sampah dan pembukaan lahan dengan cara membakar.
Per Oktober 2023, luas lahan yang terbakar di Sulsel mencapai 284,45 hektare. Kebakaran itu tersebar pada sembilan daerah antara lain, di Kabupaten Luwu Timur seluas 55,5 hektare, Jeneponto seluas 37,19 hektare dan Tana Toraja seluas 13,8 hektare.
Kemudian Toraja Utara 40 hektare, Gowa 37,6 hektare, Maros 22 hektare dan Enrekang 20 hektare. Selain itu, di Soppeng 20 hektare, Sidrap 10 hektare dan Bantaeng 28,36 hektare.
Kebakaran paling luas terjadi pada Areal Penggunaan Lain (APL) yang mencapai 185,59 hektare. Sementara untuk kawasan hutan, kebakaran tercatat hanya seluas 98,86 hektare.
"Kita tidak bisa tinggal diam. Pemerintah harus mengambil tindakan konkrit untuk mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota serta seluruh kalangan masyarakat harus mengambil peran dalam menangani permasalahan tesebut," kata Bahtiar.
Untuk menekan dan mengatasi Karhutla, kata Bahtiar, perlu merancang langkah-langkah proaktif. Seperti, pengendalian operasional dalam sistem Satgas Patroli Terpadu di tingkat wilayah diperkuat dengan masyarakat dan mengintensifkan program edukasi masyarakat.
Bahtiar juga mendorong praktik-praktik berkelanjutan dalam pengelolaan lahan mencakup penghijauan dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan serta menciptakan peta risiko kebakaran hutan dan lahan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang rentan.
"Selain itu, kita juga harus mengingatkan diri kita sendiri akan dampak yang sebenarnya dari kebakaran hutan dan lahan. Kita tidak boleh lupa bahwa ini adalah masalah yang memengaruhi nyawa manusia, satwa liar, dan ekosistem kita. Ini juga merugikan ekonomi kita, terutama dalam sektor pertanian dan pariwisata," pungkasnya.