Dosen UIN Alauddin usulkan 6 Langkah Konkret Cegah Stunting di Jeneponto

* Didapuk sebagai pembicara Rembuk Stunting

Dosen UIN Alauddin usulkan 6 Langkah Konkret Cegah Stunting di Jeneponto
Dosen Kesmas UIN Alauddin Syamsul Alam, M.Kes (kiri) pada rembuk stunting di Desa Arungkeke Pallantikang, Jeneponto. (IST)

KABAR.NEWS, Jeneponto - Dosen Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Syamsul Alam, didapuk sebagai pembicara pada rembuk stunting bersama Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto, Paris Yasir.


Rembuk stunting tersebut berlangsung di Desa Arungkeke Pallantikang, Kecamatan Arungkeke, Jeneponto, Rabu (6/9/2023). Paris Yasir hadir Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting di Butta Turatea.


Syamsul Alam mengatakan, rembuk ini merupakan langkah konkret dalam upaya mengatasi masalah stunting di Jeneponto.


Dalam kesempatan itu, Syamsul Alam membahas berbagai aspek terkait stunting, mulai dari tren data stunting dan faktor risiko, dampak hingga strategi pencegahan dan perbaikan gizi anak.


"Perbaikan gizi anak dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi - potensi pangan lokal yang ada di desa seperti kelor dan labu kuning," kata Syamsul Alam dalam keterangan tertulis, Kamis (7/9/2023).


Melalui forum Rembuk Stunting ini, Syamsul Alam  merekomendasikan sedikitnya enam kegiatan yang perlu dilakukan oleh pemerintah desa untuk mencegah stunting. Yang pertama adalah deteksi dini masalah gizi.


Menurut Syamsul Alam, deteksi dini dapat dilakukan dengan pemantauan pertumbuhan balita melalui posyandu yang melibatkan aparat desa, kader dan TPG Puskesmas dan tingkatkan partisipasi masyarkat yang berkunjung ke posyandu.


"Yang kedua sweeping pemantauan pertumbuhan bagi balita yg jarang ke posyandu. Rekomendasi keempat adalag penyelenggaraan inovasi PMT berbahan pangan lokal bagi Ibu hamil dan balita," jelas Syamsul Alam.


Kemudian, rekomendasi keempat adalah, melakukan monitoring dan evaluasi PMT berbahan pangan lokal.


Selain itu, memassifkan edukasi gizi dan kesehatan di tingkat rumah tangga ibu hamil dan balita melalui pemberdayaan aset sumber daya manusia (SDM) potensial desa, seperti karang taruna, majelis taklim, pkk desa, kader, toma, toga dan sebagainya.


Yang terakhir adalah melakukan inovasi Genting atau Gerakan Pencegahan Stunting melalui program Pengolahan Tanaman Kelor disingkat Petelor dan Gemari Kelor atau Gerakan Masyarakat Menanam dan Melestarikan Kelor.


"Kami dari UIN Alauddin Makassar siap memberikan dukungan ilmiah dan teknis dalam upaya ini," kata Syamsul Alam.


Paris Yasir sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam upaya mengatasi stunting. 


"Kami sangat peduli terhadap masa depan generasi kita. Rembuk Stunting ini adalah wujud keseriusan kami untuk mencari solusi bersama dan melibatkan komunitas dalam mengatasi masalah stunting di Kabupaten Jeneponto khususnya di Desa Arungkeke Pallantikang," kata Paris.


Dalam rembuk ini, peserta terdiri dari perwakilan pemerintah daerah, konsultan teknis kabupaten dari kemendes dan Pemerintah Kecamatan Arungkeke.


Selain itu juga melibatkan tenaga kesehatan dari puskesmas, tokoh masyarakat, kader kesehatan, tim pendamping kelurga balita, orangtua beserta anak balita.