Ditekan NATO, Putin Siagakan Senjata Nuklir Rusia!
*Geram atas sanksi negara barat terhadap Rusia

KABAR.NEWS, Moskow - Perang Rusia-Ukraina tampaknya belum menunjukan tanda-tanda perdamaian pada hari keempat, Minggu (27/2/2022). Alih-alih berdamai, Presiden Rusia Vladimir Putin justru menebar ancaman.
Putin seperti diwartakan Reuters, telah memerintahkan komando militernya untuk menyiapkan pasukan bersenjata nuklir dalam status siaga tinggi. Rusia diketahui merupakan salah satu negara yang memiliki senjata paling menakutkan tersebut.
Perintah Putin menyiagakan pasukan nuklir, menyusul sanksi yang dikeluarkan NATO terhadap Moskow. Salah satu sanksi dari NATO adalah embargo ekonomi. Putin menyebut hal itu sebagai respons agresif negara barat.
"Tidak hanya negara-negara Barat mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita dalam dimensi ekonomi - maksud saya sanksi ilegal yang diketahui semua orang dengan sangat baik - tetapi juga para pejabat tinggi negara-negara NATO terkemuka membiarkan diri mereka membuat pernyataan agresif dengan salam untuk negara kami," kata Putin di televisi pemerintah.
Sebelum mengeluarkan pernyataan senjata nuklir, Putin pada hari pertama perang memang memperingati negara-negara lain agar tidak ikut campur dalam agresi militer Rusia ke Ukraina.
Dia memperingatkan bahwa negara mana pun yang mencoba menghalangi operasi itu akan segera dan membawa "konsekuensi yang belum pernah Anda temui dalam sejarah Anda."
Merespons ancaman Putin dengan senjata nuklirnya, Menteri Luar Negeri Prancis Bernard Kouchner menegaskan bahwa Putin harus ingat bahwa NATO juga adalah aliansi nuklir.
Amerika Serikat menanggapi ancaman senjata nuklir dengan menyebut Putin meningkatkan perang dengan cara yang "sama sekali tidak dapat diterima".
Sementara, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan perintah Putin adalah upaya untuk menekan Kyiv selama rencana perundingan. Jika Putin menggunakan senjata nuklir untuk melawan Ukraina, itu akan menjadi malapetaka bagi dunia, katanya.
Kementerian Kesehatan Ukraina mencatat sedikitnya 198 warganya, termasuk tiga anak-anak, yang tewas selama peperangan kedua negara yang berlangsung sejak Kamis lalu.