Cerita Vaksinator Covid-19 Was-was Saat Suntik Dandim

Memiliki pengalaman suntik imunisasi selama 15 tahun.

Cerita Vaksinator Covid-19 Was-was Saat Suntik Dandim
Wakil Supervisor Dinkes Jeneponto, M Jabir. (Foto: KABAR.NEWS/Akbar Razak)






KABAR.NEWS, Jeneponto - Wakil Supervisor (Wasor) Dinas Kesehatan Jeneponto, M Jabir ditunjuk menjadi vaksinator Covid-19. M Jabir memiliki cerita unik saat menyuntikan vaksin jenis Sinovac asal china tersebut ke dalam tubuh orang. 

Salah satu cerita unik itu ialah saat menyuktikan vaksin ke dalam tubuh penjabat yakni Dandim 1425 Jeneponto, Letkol Inf Gustiawan Ferdianto sebagai orang pertama divaksin. M Jabir mengaku merasa was-was saat pertama kali menyuntikan vaksin tersebut ke tubuh para pejabat.

"Kalau saya yah pasti ada rasa was-was dalam hal ini. Apalagi pejabat kita mau vaksinasi, otomatis ada perasaan was-was," ujarnya saat dikonfirmasi KABAR.NEWS usai vaksinasi berlangsung, Senin (1/2/2021).

Meski sempat merasa was-was, namun tanganya tak gemetar sama sekali. Sebab, ia sudah terbiasa dan sudah 15 tahun menjadi vaksinator imunisasi.

"Tapi saya sudah terbiasa dan berpengalaman untuk melakukan vaksinasi kepada orang sehingga saya imbangi dengan pengalaman saya. Sehingga kami tidak ada gemetaran," jelasnya.

Dia mengaku cukup berpengalaman karena dirinya pernah menjadi vaksinator jemaah haji selama 13 tahun.

"Sudah terbiasa dengan itu, dan berpengalaman, apalagi di jemaah haji itu sudah 13 tahun menyuktik orang," ungkapnya. 

Sudah 15 tahun dirinya menjadi vaksinator dan da banyak puskesmas dirinya singggahi. Saat ini dirinya ditarik ke lingkup dinas kesehatan sebagai Wakil Supervisor (Wasor).

"Kalau saya sudah 15 tahun, sebelumnya saya di puskesmas kemudian di tarik masuk sebagai Wasor," katanya. 

Dia mencerita sedikit awal karirnya saat terjun di bidang kesehatan. Saat itu, ia di tugaskan di salah satu puskesmas di Jeneponto menjadi vaksinator imunisasi. 

"Saya mulai dari puskesmas di tugaskan sebagai vaksinator. Jadi baik bayi maupun orang tua saya sudah terbiasa menyuntik terhadap sasaran. Kalau kita di puskesmas itu sebagai juru imunisasi istilahnya, jadi kami sudah berpengalaman di lapangan," terangnya. 

Sejak terjun menjadi vaksinator, ia mengaku pernah mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Kejadian itu adalah saya dirinya mengvaksin anak hingga meninggal dunia. Namun, setelah di klarfikasi ternyata anak itu meninggal karena mengidap penyakit diare. 

"Kami ada pengalaman yang sangat menyedihkan waktu kami pertama dan baru juga di puskesmas Desa Bululoe, terjadi hal yang tidak diinginkan. Tetapi setelah di klarvikasi ternyata bukan daripada suntikan imunisasi itu. Anak itu meninggal karena diare pada waktu itu kurun waktu 5 hari setelah imunisasi," paparnya.

Ia juga mengucapkan terimah kasih kepada pemerintah daerah yang telah mempercayakan dirinya sebagai vaksinator Covid-19.

Penulis: Akbar Razak/B