Cerita Camat Bangkelekila Perjuangkan Pelepasan Jenazah Guru Korban KKB

Dua guru di Puncak Papua menjadi korban penembakan KKB di Distrik Beoga.

Cerita Camat Bangkelekila Perjuangkan Pelepasan Jenazah Guru Korban KKB
Upacara pelepasan jenazah Yonatan Rende, guru korban penembakan KKB Papua. (Foto: KABAR.NEWS/Febriani)

KABAR.NEWS, Toraja Utara - Upacara pelepasan jenazah guru korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua, Yonatan Rende digelar karena perjuangan Camat Bangkelekila', Kabupaten Toraja Utara (Torut).

Camat Bangkelekila', Ronyanto P Tangkeallo menerangkan bahwa dirinya sangat memperjuangkan upacara penghormatan atau pelepasan bagi jenazah Yonatan Renden. Dikatakan Ronyanto walaupun Yonatan hanya guru honorer dan bertugas di Papua, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) wajib untuk menggelar upacara pelepasan jenazah.

"Saat saya tahu bahwa almarhum Yonatan akan dimakamkan hari ini, saya sudah berusaha dan memperjuangkan untuk dilakukan upacara dengan beberapa langkah - langkah untuk dilakukan pelepasan jenazah untuk dua korban KKB," ujar Ronyanto kepada KABAR.NEWS, Rabu (14/4/2021). 

Dikatakan Ronyanto, langkah dimaksudkan yakni meminta izin kepada pemerintah kabupaten juga pengurus PGRI untuk dilaksanakan dalam mengenang jasa pahlawan pendidikan.

"Jadi untuk mengenang jasa kedua guru korban KKB yang keduanya warga saya. Saya langsung bergerak menghubungi Plh Bupati dan Ketua PGRI, walaupun di awal mereka menolak karena memiliki banyak kesibukan. Tetapi karena saya berjuang dan menghubungi semua guru yang ada di Bangkelekila' akhirnya upacara dapat dilaksanakan." katanya.

Sementara itu, Pelaksana harian (Plh) Bupati Toraja Utara, Rede Roni Bare mengatakan bahwa dirinya secara pribadi merasakan duka yang dalam atas meninggalnya seorang guru yang honorer di Papua.

"Saya sangat merasakan duka cita yang sangat mendalam karena kepergian dari keluarga lewat situasi yang sangat menyedihkan. Kami hadir sebagai tanda persaudaraan, merasakan betapa sedihnya kejadian yang kita alami semua," kata Rede Roni dengan penuh kesedihan.

Lanjut dikatakan Rede Roni bahwa upacara dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Torut karena solidaritas yang ada dan tanpa persaudaraan melalui PGRI kepada almarhum yang sudah memberikan pengabdiannya kepada anak bangsa di Papua.

"Karena kita orang Toraja yang terbiasa dengan bepergian ke tanah rantau dengan tujuan tersendiri, kita orang Toraja pekerja keras yang bisa menahan diri untuk bersosialisasi dan bertahan hidup di tanah rantau, begitupun dengan almarhum tetapi malah mendapatkan kejadian seperti ini. Saya mengutuk keras atas peristiwa yang terjadi bagi saudara kita orang Toraja yang merantau ke Papua karena ini sesuatu yang diluar batas kemanusiaan." terangnya.

Senada dengan Ketua PGRI Kabupaten Toraja Utara, Efraim Allositandi yang menyampaikan ungkapan dukacita, menyatakan bahwa seluruh guru yang ada di Toraja Utara mengungkapan rasa dukacita yang mendalam.

"Saya selaku ketua PGRI, atas nama semua anggota yang kurang lebih 4ribu di Toraja Utara merasakan dukacita yang sangat mendalam dan mengutuk keras perlakuan KKB yang ada di Puncak, Papua yang sudah tega merenggut nyawa saudara kami," ucap Efraim.

Efraim sangat menyayangkan perlakuan KKB yang tega merenggut nyawa seorang guru yang rela meninggalkan anak dan istri dari Toraja ke Papua dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Saudara kami, Yonatan adalah pahlawan pendidikan dalam kemanusiaan yang berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa di pelosok Papua namun yang kami sangat sayangkan kenapa mesti KKB tega, sangat tega merenggut nyawanya yang kami yakin bahwa almarhum tidak mempunyai kesalahan apa - apa."ungkapnya.

Dengan adanya kejadian ini, Efraim mengharapkan kepada pemerintah bahkan kepada aparat keamanan agar KKB yang ada di Puncak, Papua ditumpas demi keamanan di seluruh wilayah Indonesia. 

"Sehingga anak - anak bangsa bisa menikmati pendidikan dengan aman dan kami para guru bisa melaksanakan tugas dengan aman pula," kata dia.

Diberitakan sebelumnya, dua guru di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua tewas usai ditembak oleh KKB pada Jumat (9/4/2021). Dua guru yang ditembak KKB yakni Oktavianus Rayo dan Yonatan Rende. 

Penulis: Febriani/A