Alumni Sekolah Islam Inklusif Dema FDK Uinam Diharap Berpikir Progresif

- Peserta diberikan materi Teologi hingga Marxisme

Alumni Sekolah Islam Inklusif Dema FDK Uinam Diharap Berpikir Progresif
Foto bersama peserta Sekolah Islam Inklusif yang digelar Dewan Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar. (IST)

KABAR.NEWS, Makassar - Mahasiswa alumni Sekolah Islam Inklusif yang digelar oleh Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), diharap dapat membangun pemahaman keagamaan yang lebih progresif.


Hal itu disampaikan Ketua Penyelenggara Sekolah Islam Inklusif Dema FDK Uinam, Alfian Yahya. Dia mengatakan, para alumni diharap memiliki pemahaman keislaman yang lebih aktual dan progresif, sesuai perkembangan zaman setelah mengikuti forum ini selama tiga hari.


"Pemahaman keislaman peserta diharap lebih aktual dan progresif setelah mengikuti sekolah ini. Kita juga berharap dari forum ini membentuk kepribadian peserta yang lebih terbuka atas gagasan-gagasan keislaman yang terus berkembang," kata Alfian Yahya dalam keterangan tertulis, Senin (18/7/2022).


Dema FDK Uinam sukses menggelar Sekolah Islam Inklusif meski harus berpindah-pindah lokasi forum. Kegiatan ini awalnya dibuka di Lecture Teater (LT) FDK Uinam, Gowa pada 14 Juli. 


Setelah pembukaan, forum kemudian dilanjutkan di Gedung Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Provinsi Sulsel, Makassar, hingga Minggu, 17 Juli 2022.


Forum yang mengusung tema "Mendialogkan agama, Membaca Realitas" tersebut diikuti mahasiswa dari berbagai kampus di Sulawesi Selatan (Sulsel). Tak hanya dari dalam Sulsel, Sekolah Islam Inklusif juga diikuti seorang mahasiswa Universitas Tadulako, Sulawesi Tenggara.


Selama tiga hari, Sekolah Islam Inklusif Dema FDK Uinam diisi dengan delapan materi ajar. Masing-masing tentang Teologi Inklusif yang dipaparkan Guru Besar Pemikiran Islam Uinam, Prof. Qasim Mathar.


Alfiansyah menyebutkan, peserta juga diberikan materi tentang konsep Filsafat Perenial. Pemateri tema ini disampaikan Guru Besar Ilmu Filsafat Prof. Mustari Mustafa. Mustari mengulas Filsafat Perenial dan bagaimana titik temunya dengan agama dan budaya lokal.


Berlanjut pada hari selanjutnya, forum Sekolah Islam Inklusif Dema FDK diisi oleh Dr. Nurhidayat Muh Said. Pengajar di Kampus Peradaban tersebut memaparkan materi "Hakikat dakwah dan Advokasi Kemanusiaan".


Kemudian ada Dr. Bukhari Fakka yang mendedah materi "Tauhid Arti agama bagi perjuangan hidup". Berlanjut, ada Intelektual muda Makassar, Muh. Asratillah yang berbicara mengenai "Islam dan Cita-cita Demokrasi".


Selain itu, forum ini juga diisi oleh pemateri dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yakni Muhammad Akbar Akar yang mengulas mengenai "Islam Alternatif Risalah Baru Tauhid Sosial"


Kemudian, ada Dosen Sosiologi UINAM, Muhammad Ridha. Penulis buku "Rezim Infrastruktur" itu mengulas Islam dan Marxisme sejarah kiri dunia islam serta Siti Indah Khanazahrah "Negara Demokrasi dan Partisipasi perempuan di Ruang Publik".


Tiga hari ditempa di Sekolah Islam Inklusif, peserta utusan dari Universitas Tadulako, Rahmat merasa bahwa kegiatan ini sangat memberikan pemahaman yang luas dan kesan yang mendalam.


"Kegiatan ini sangat memberikan kesan yang mendalam buat saya, dan kegiatan ini memberikan pengetahuan baru, relasi yang luas dan positif. Dan tentunya juga materi yang membuka pemikiran saya tentang ketauhidan," kata Rahmat.